Ocehan-ocehan saya :)

Monday, August 2, 2010

Reference for my biographer

Alkisah ada seorang cewe yang lahir dan besar di sebuah keluarga yang cukup berada di ibukota. Ia selalu dimanja oleh orang tuanya dan semua keinginannya hampir selalu dipenuhi. Ketika ia baru akan lulus SMA, ia sudah sangat ingin kuliah di luar negeri, mengikuti kakak perempuannya yang kuliah di negeri kangguru. Ia ingin ke negeri jiran Malaysia, tapi tidak direstui oleh orang tuanya, lalu atas saran ortu dan mentor alias guru les mandarinnya, berangkatlah anak ini ke Beijing.

Di Beijing ia mendapat kehidupan yang ia inginkan. Hidup jauh dari orang tua dan mengurus diri sendiri. Bukannya tidak sayang pada orang tuanya, tapi ia menganggap hidup (yang ia kira) mandiri itu seru. Lalu selama kuliah empat tahun, sama seperti semua orang lain, ia banyak mengalami suka dan duka, hanya saja mungkin lebih seru dibanding orang-orang lain.

Sukanya... selama empat tahun masa kuliahnya, ia belajar banyaaaak sekali. Selain belajar di kampus, ia juga belajar di masyarakat. Ia juga sempat pergi jalan-jalan ke berbagai tempat di China, sempat magang dan kerja dan dapat pengalaman yang menarik, ia sempat jatuh cinta dan menjalani hubungan layaknya anak ABG yang kena panah cupid, ketemu idola jaman ABGnya (2 kali pula), lalu ia juga ketemu berbagai macam teman dari berbagai latar belakang, beberapa dari mereka sangat memberikan inspirasi, dan 1 hal lagi yang cukup amazing, ia semakin mengenal Tuhan. Tidak jarang ia mendapat pujian dari orang-orang di sekelilingnya atas prestasinya.

Di samping segudang sukacita itu, dukanya juga tidak kalah banyak. Yang paling sering adalah disalahpahami. Banyak yang mengira ia jutek, padahal tidak sepenuhnya benar (dan tidak sepenuhnya salah juga), banyak juga yang ngira dia pintar (dan mengharapkan sesuatu yang lebih), padahal gak juga. Ia kelihatannya emang besar, dewasa, penuh pemikiran, tapi aslinya, dia cengeng, manja dan malas.

Pastinya sebagai mahasiswa rantau, ia sering merasa kesepian dan tidak dibutuhkan atau dijauhi oleh teman-temannya. Ia juga tidak jarang diremehkan, dihasut, bahkan dihina dan direndahkan oleh segelintir orang. Ia juga dibanting dari langit asmara ketujuh ke sebuah neraka yang mengerikan. Masalah kecil-kecil sehari-hari juga biar terkesan remeh, tapi cukup membuatnya stress dan hampir gila. Misalnya roommate di asrama yang edun, persaingan dengan teman, lalu uang jajan habis dan sungkan minta lagi ke orang tua, dsb dst... Air mata selama empat tahun ini tidak banyak. Neraka itu membuat dia tidak bisa menangis selama beberapa saat, sampai ia disembuhkan dan dipulihkan.

Selain suka dan duka itu, ia juga melakukan banyak sekali hal yang ia tidak akan pernah lakukan kalau ia masih di tanah air. misalnya naik kereta ke luar kota selama belasan jam, pergi clubbing dan minum-minum, pergi retret dengan kemauan sendiri, punya lagu-lagu rohani di iTunesnya, dan yang paling basic, pakai mesin cuci dan setrikaan. Ia juga menambah beberapa kilo otot dan lemak pada posturnya yang sudah tidak semampai menjadi semakin aduhai.

Nah sekarang ia (dari tadi belon disebutin 'ia' ini siapa namanya yah... anggep aja namanya Mawar, biar kayak korban pelecehan) sedang berada pada masa-masa genting. Empat tahun perjuangan dan suka dukanya di Beijing akan ditentukan pada momen ini. Salah ambil keputusan bisa berarti ia sengsara setidaknya selama satu tahun ke depan.

Apakah petualangan si Mawar di Peking akan berakhir bahagia atau tragis? Yang jelas, perjalanannya belum selesai, dan masih banyak suka-duka menanti di depannya.

Nantikan biografi si Mawar tahun 2050. Available in hardcover and paperback. Itu juga kalo jaman itu masih ada buku. Jangan-jangan semua buku udah punah dan digantikan sama iPad.

0 comments: