Ocehan-ocehan saya :)

Sunday, July 13, 2014

Words, the most powerful weapon

Minggu sore mendung-mendung, banyak kerjaan, tapi cuma mandangin komputer doang, bengong. Kerjaan sih gak susah, gak nyebelin, tapi entah napa males banget aja ngerjainnya. Oh, berarti gw perlu menulis.

Berkat ganti HP yang lebih canggih dan suhu politik yang memanas, gw jadi lebih sering ngetwit sekarang. Lebih sering di mikroblog daripada blog beneran. Keresahan gw suka gw ledakkan di sana. Nulis 140 karakter, kelar, adem.

Setiap kali gw ngetik apa pun di MS Word, gw pasti "preview"-in dan gw ngeliat keseluruhan tampaknya. Gw baca lagi setiap katanya dan gw poles dan tulis ulang sampai rasanya pas. Mostly gw melakukan itu pada artikel-artikel gw yang akan gw publish di majalah. Belakangan gw lakukan itu juga pada buku yang waktu itu sedang gw terjemahkan. Tapi entah, nyari-nyari kesalahannya gak seheboh kalau lagi ngoreksi tulisan yang lahir dari pemikiran sendiri.

Karya. Pandji bilang kita jangan cuma jadi pekerja, tapi jadilah pekarya. Orang Indonesia bikin ukiran bisa indah dan presisi, sedangkan bikin tangga aja bisa ngaco-ngaco ukurannya. Itulah bedanya berkarya dan bekerja. Sekarang gw masih menganggap menulis adalah karya gw, dan menerjemahkan adalah kerja gw. Apakah menerjemahkan gak bisa jadi karya karena "hanya" mengalihkan bahasa? Nanti gw mau nanya Pandji soal ini.

Menurut gw sih bisa-bisa aja, karena dalam menerjemahkan, kita juga harus memilih kata-kata yang pas untuk menyampaikan pesan itu. Waktu itu gw liat di blognya Pangeran Siahaan, dia bilang kalau dia suka kata-kata (namanya dia aja bikin jatuh cinta: Pangeran). Meski gw gak begitu nyambung sama tulisan dia (karena kebanyakan soal sepak bola), gw suka banget taste dia dan pemilihan kata-katanya. Lebay, tapi gak norak. Dari blognya, gw belajar kata baru, "bromocorah" alias "bramacorah". Begitu gw denger kata itu, di benak gw langsung muncul gambar Barong yang suka ada di kaos-kaos Bali itu. Begitu dicek di KBBI, ternyata ya sedikit bisa relate deh... :)

I love words too, terutama kata-kata Bahasa Indonesia. Gw kalau malam terkadang suka post screenshot KBBI yang isinya kata-kata sukar. Ada seorang sahabat yang pernah gak sengaja liat layar HP gw dan bilang, "Wuih, ada apps KBBI" seolah itu hal yang luar biasa. To tell you the truth, KBBI is my most favorite apps. Sahabat gw yang lain menjuluki gw Cindy "Wordplay" Kusuma, dan gw senang banget dengernya. Dia juga terkadang panggil gw Grammar Nazi, yang tentu tidak semenyenangkan Wordplay Kusuma.

Jujur, gw bisa terpesona dan tertarik pada seseorang karena kata-katanya. Gaya bicaranya, pemilihan diksinya, dan kemampuan berbahasa asingnya. Orang yang Bahasa Indonesianya bagus memikat hati gw, apalagi orang yang Bahasa Mandarinnya udah bukan level bahasa sehari-hari, itu nilainya langsung melesat di hati. Kata-kata itu senjata paling tajam. Diucapkannya cepat sekali, tidak bendawi (kecuali direkam/ditulis), tapi efeknya luar biasa. Gw bisa jatuh cinta sama orang karena kata-katanya, dan gw bisa sakit hati, marah, dan benci sama orang karena kata-katanya juga. Padahal mungkin kata-kata itu diucapkan sambil lalu, tanpa memikirkan konsekuensinya.

Semakin ke sini, semakin keliatan apa passion gw. Nulis dan nerjemahin selalu gw poles setiap saat, dan gw udah ada dasarnya. Ada 1 hal yang gw pengen coba, tapi belom ada nyali ke sana, yaitu open mic. Ngelawak di depan umum. Waktu itu gw pernah ngemsi di acara year end concert-nya sebuah preschool. Gw gak gugup atau canggung karena jumlah penontonnya dikit, "cuma kenal biasa-biasa aja" sama gw (gak terlalu akrab tapi ya tau juga gitu), gw ngerasa juga gw gak pecah-pecah amat. Gw kan suka ngomong sendiri di twitter dan di blog, jadi gw anggep ngemsi itu juga ngomong sendiri. Gw bilang betapa cute-nya anak-anak itu, betapa susahnya ngajar mereka dari gak bisa sampe bisa, dll. Satu-satunya yang berkesan adalah, gw gak nyiapin skrip khusus. Trus ada performance 1 lagu limbo rock ala-ala Hawaii dan abis itu lagu Mandarin judulnya Ni Wa Wa. Dengan spontan, tanpa latihan, gw bilang di atas panggung "Di sekolah, terkadang suasana kayak di Hawaii, terkadang kayak di Shanghai". Gw kaget bisa keluarin kata-kata yang berima begitu dan semua orang ketawa. Itu salah satu momen wordplay gw yang paling membanggakan. Abis itu pas debrief, si ibu kepala sekolah dan salah satu bos lain bilang kalau para parents menganggap gw sangat baik dalam menjadi pembawa acara. Gw melongo kaget, bener-bener gak menyangka mereka menilai gw setinggi itu.

Semoga kata-kata yang gw tulis dan gw ucapkan bisa selalu memberkati orang. Kemarin sempat dicomplain karena gw cukup vokal membela salah satu capres saat kampanye. Tapi untungnya gak jadi musuhan, dan sekarang kampanye dan pilpres udah selesai. Yuk deh, susun kata-kata yang bagus dan manis biar semakin memberkati.

Cindy