Ocehan-ocehan saya :)

Thursday, December 12, 2013

Embarassing story, but also a good lesson for me

Orang yang paling membahayakan memang adalah diri sendiri. Akhirnya, gw dikalahkan sama kesombongan dan kesotoyan gw, sekali lagi. Ini masih cerita soal my financial goals (yang kayaknya udah jadi financial ambitions deh).
Salah satu sifat jelek gw adalah menganggap: “if you want someone to reach a goal, you have to PUSH him to the limit.” Beberapa kali gw udah gagal nerapin ini ke orang lain, dan kali ini gw gagal nerapin ke diri sendiri.
November adalah bulan yang ambisius buat gw. Bulan ini adalah salah satu bulan di mana pemasukan gw paling tinggi. Tapi, gw bukannya merasa lebih santai pake duit, tapi gw berkali-kali ada pada titik di mana gw cuma punya kurang dari 50ribu di akun tabungan gw (kenapa patokannya 50rb? Karena gw beberapa kali gak bisa ambil cash di atm karena saldo kurang dari 50rb). Dari sini gw ambil kesimpulan, financial planning strategy gw masih salah besar.
Di bulan ini, gw mengalokasikan 67% penghasilan gw untuk bayar cicilan, nabung, invest, dan beli asuransi. Which leaves me 33% to spend (including gas, food, pulsa, dll dll). Tapi… gw kan gak selalu dibayar jebret di depan. Ada dari 33% itu dibayar di akhir bulan, trus tengah-tengah tau-tau ada orang yang ngundang kawinan dan harus ngasih angpau, trus tau-tau ada sodara balik dan harus ajak makan dll dll…
Hal terparah adalah satu malam di mana gw ngajak temen baik gw makan kwetiaw. This is one of the most embarrassing moments in my life.
Pas lagi ngerasain nikmatnya kwetiaw goreng, gw merasa tertohok karena baru inget duit di dompet tinggal sedikit banget. Dia dengan santai bilang, “it’s on me, santai aja Cin”. Tapi yang bikin lebih menohok lagi adalah, gw abis itu pengen ajak dia beli martabak dan gw ga bisa beli karena duit di ATM juga udah ga bisa diambil. Then what did I do? Malem-malem jem 9, gw telpon ke rumah, suruh bokap gw transferin duit ke akun gw. Parents gw sampe panik, kirain gw kenapa-napa. Taunya, gw cuma butuh duit beli martabak. Sigh. Minta duit sama bonyok itu udah pantangan buat gw, apalagi bikin mereka panik malem-malem. T__T (meski akhirnya mereka ketawa dan ledekin gw, minta duit malem-malem buat beli martabak).
Ini bukan salah orang yang tiba-tiba ngundang kawinan, bukan salah agen asuransi yang minta dibayar saat itu juga, bukan salah sodara yang tiba-tiba dateng, bukan salah klien yang telat bayar, tapi itu semua salah gw yang terlalu PD dan terlalu sotoy.
Ironis banget, in my highest-earning month, I still have to ask my parents for money to buy martabak.

That’s why, gw berjanji untuk take it easy next month. Maybe delay my investment and savings until my loan is paid off. Nabung dan invest memang penting, but above all, I want to be able to enjoy my money. 

Monday, November 25, 2013

Asuransi Part 3: Why I Choose Unitlink

Hmm… unitlink… mulai dari mana yah?
Selama sekitar 2 minggu belakangan ini, gw intens banget ketemu agen-agen asuransi. Total ada 3 agen dari 3 perusahaan asuransi yang berbeda, yaitu Prudential, AIA, sama Allianz. Tiga-tiganya nawarin asuransi unitlink. Sebenernya mereka bertiga kurang lebih lah, tapi gw langsung coret Allianz. Bukan karena produknya gak bagus, tapi karena agennya masih ijo banget dan kayaknya kurang mengerti produknya.
Lalu gw harus memilih antara Pru atau AIA. Dua-duanya ada unsur “gak enak”nya, karena agen Pru adalah mamanya murid gw, dan agen AIA adalah temen main dari zaman SMA. Keduanya adalah orang yang gw temui rata-rata seminggu sekali, sedangkan agen Allianz itu temennya temen, itupun bukan temen deketnya temen gw.
Tapi, akhirnya pilihan gw jatuh pada AIA. Why? Because they have something sooo good yang Prudential belum punya, yaitu produk asuransi kesehatan yang bisa claim as charged. Yaudah deh, gak bisa dikalahin, makanya pilihan antara Pru sama AIA gak pake lama.

Okay, now why unitlink?
1.      Karena asuransi murni harus bayar either sampe tua banget atau bayar sekian tahun tapi hanya dicover sekian tahun juga. Beda dengan unitlink yang bayar 10-15 tahun tapi bisa dicover sampe tua (in my case, I pay 12 years and kesehatan dicover sampe umur 80). CMIIW here. I know, setelah 12 tahun gw bukannya gak usah bayar lagi, tapi more like unitlinknya udah cuan sehingga dia bisa pay for itself. Again, CMIIW.
2.      Para financial planner bilang, unitlink gak oke karena investasi dan asuransi harus dipisah. I get it. Tapi gw gak nganggep unitlink ini sebagai investasi gw. Gw akan men-treat dia sebagai expense gw. Pada akhirnya, meskipun cuan yang gw dapet gak akan segede kalau gw taruh duit gw di reksadana/instrumen investasi lainnya, gw tetep gak akan rugi, karena pada saat gw meninggal nanti, ahli waris gw akan dapet duit lebih besar dari seluruh uang yang pernah gw bayarkan + sisa nilai tunainya. Meskipun lagi, kalau gw berumur panjang, let’s say gw meninggal umur 80, duit segitu 55 tahun lagi gak akan bernilai apa-apa, at least gw balik modal meski gw gak bisa nikmatin duitnya (duh banyak banget pake kata “meski”). Pemikiran yang sederhana banget sih, tapi setidaknya gw dapet peace of mind. Lagi-lagi, bukankah beli asuransi itu untuk bisa dapet peace of mind?

3.      Asuransi murni sudah sangat jarang dijual. Ini bukan faktor pilihan kita sih, tapi pada kenyataan di lapangan. Sang agen AIA itu, setelah gw tandatangan SPAJ dan semua dokumen, cerita bahwa AIA memang punya produk murni tanpa unitlink namun produk tersebut sudah dilarang untuk dijual oleh AIA. Why? I don’t know. Mungkin gak menguntungkan bagi perusahaan asuransi atau sistem asuransi tradisional yang udah gak cocok sama zaman sekarang. Mungkin ada yang bisa jelasin ke gw kenapa? Emang sih gw masih banyak perusahaan asuransi yang belum gw temuin, jadi ini bukan fakta umum yah.

That's all. Ini bukan blog berbayar (I wish!). Tapi cuma sekedar sharing aja. Kalau emang lagi ada yang baca dan emang lagi butuh asuransi, silakan tentukan produk asuransi dan perusahaan asuransi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. :) 

Friday, November 22, 2013

Asuransi Part 2: Pilih-pilih...

Gw gak suka beli sesuatu yang “gak kelihatan barangnya”, apalagi kalau barang yang tidak kelihatan itu nilainya akan menurun atau hilang sama sekali. Yap, asuransi kesehatan itu kalau gak dipake, bakalan cuma berasa berat bayarnya doang. Lah, tapi masa asuransi ngarep dipake? Justru jangan sampe sakit dong… Maka dari itulah, gw bingung sebingung-bingungnya waktu milih asuransi kesehatan. Apalagi gw termasuk orang yang jarang sakit. Seumur hidup gw 25 tahun ini, belum pernah sekalipun gw dirawat di RS (amit-amit).
       Despite all the confusion, gw tetep merasa harus beli. Ada 1 hal lagi yang mentrigger keputusan ini, yaitu dirawatnya my sister di rumah sakit. Dia bisa dirawat di kamar VIP dan dicover hampir semua biayanya, karena sistemnya as charged. Gw pengen cari tau produk tersebut, tapi sayangnya produk itu gak available di Indonesia. Maka, dimulailah riset mendalam gw mengenai dunia asuransi dan meeting intensif bersama para agen asuransi dari perusahaan berbeda.
       Pertama, para perencana keuangan cenderung anti sama yang namanya unitlink, karena prinsipnya asuransi dan investasi harus dipisah. I guess para agen udah sadar sama prinsip ini, terutama bagi yang melek internet, dan mulai men-twist istilah ini. Ada yang pake kata “nabung”, atau bahkan ada yang ga nyebut sama sekali kalau ini unitlink. Gw mikir, kenapa sih koq anti banget? Kalau produk itu sama sekali ga ada manfaatnya, ga mungkin sekarang mayoritas perusahaan asuransi menawarkan produk itu.
       Gw pun mempelajari polis nyokap gw yang udah berjalan 8 tahun dari perusahaan asuransi yang inisialnya P. Saat itu, dia beli tanpa mengenal produknya. Dia gak tahu dia bakal dicover apa aja, harus bayar sampe kapan, dicover sampe kapan, dll dll… Yang gw tau, dia sering ngeluh kalau dia udah bayar sekian, tapi tiap bulan dikirimin statementnya, nilainya cuma separuh dari apa yang udah dia setorkan (dan dia gak ngerti duitnya kemana, angka segitu dari mana dll). Temennya yang ikut bareng dia pernah kena kecelakaan kecil dan masuk RS, tapi dicovernya cuma kecil banget. That’s why dia agak nyesel.
       Trus gw dengan pengetahuan terbatas, korek-korek polisnya nyokap dan ilustrasi yang dibikinin agennya sebelom dia join. Ya ampun, ternyata coveragenya nyokap gw nggak banget. Gw cocokin sama statement-nya yang terakhir dan akhirnya gw tahu nilai itu dari mana.
       Jadi gini nih, kalau kita lagi dipresentasiin sama agen, kita dikasih ilustrasi berlembar-lembar, trus ada 1 tabel yang isinya angka semua, dan ada kolom yang tulisannya “rendah, sedang, tinggi”. Si agen pasti akan nunjuk ke kolom “tinggi”. Itu adalah nilai yang akan kita dapat KALAU return investasi unitlinknya tinggi, which is 15-17% (padahal nilai ini gak tinggi-tinggi amat loh)
       Okelah, investasi mau unitlink atau reksadana ga bisa dilihat dalam 1-2 tahun saja. Tapi, nyokap gw udah setor selama 8 tahun, dan ternyata performanya selama 8 tahun ini cuma di angka sedang (sekitar 10%). Which means, kalau kinerjanya ini unitlink gak meningkat, asuransi nyokap gw akan lapse (berhenti) dan asuransinya akan tutup. Wek wew… Padahal, kalau reksadana yang bagus dalam 8 tahun harusnya udah kasih return di atas 300%.
       INILAH YANG MENYEBABKAN BANYAK ORANG ANTI SAMA UNITLINK.

       Tapi setelah ngomong sama beberapa agen (yang super pro unitlink dan hampir ga pernah jualan asuransi murni tanpa embel-embel investasi), gw memutuskan untuk tetap ambil unitlink. Bukan karena gw kemakan bujuk rayu sang agen, tapi karena gw dengan penuh kesadaran mengerti manfaat dan resikonya unitlink.

(...bersambung) 

Wednesday, November 20, 2013

Perjalanan mencari asuransi jiwa dan kesehatan - Part 1: my financial condition


Puji Tuhan. Tuhan atur rezeki gw sedemikian rupa sehingga gw bisa memenuhi semua target finansial gw di tahun 2013. Bukan dengan cara Tuhan selalu lancarkan pemasukan gw setiap bulan kayak keran bocor, melainkan dikasih naik turun dan maju mundur sampai akhirnya gw “pinter” ngaturnya, dan puji Tuhan lagi gw akan menutup tahun 2013 ini dengan rasa puas diri.
Flashback ke awal tahun 2013, di mana gw barusan keluar dari kerja kantoran dan mulai kerja di preschool yang gajinya lebih kecil dari kerja kantoran yang udah lumayan kecil. Pekerjaan itu cuma bertahan tiga bulan. Saat itu, duit menguap aja. Gw gak bisa nabung (tahun lalunya juga gak nabung sih), dan terancam kayaknya ga bisa nyicil mobil lagi.
Di tengah kegalauan finansial itu, gw jalan-jalan ke Bangkok (pinter banget ya?). Gw lupa pake duit dari mana, kayaknya sih itu ngorek tabungan lama. Trus sepulangnya dari Bangkok, gw yang ga tau mau ngapain dapet my first book translation job dari penerbit dan actually bakalan diterbitin. Gw juga dapet job jadi guru Bahasa Indonesia buat Chinese expats di Jakarta. Gw tetep bisa bayar cicilan mobil tapi tetep aja abis itu duitnya abis entah ke mana.
Di titik ini, gw mengaku kalau gw itu freelancer. Gw udah melabeli diri gw dengan kata kunci yang cukup ngehits itu. Tapi itu semua bukannya karena ada 1 titik gw dapet wahyu dan gw langsung sadar, tapi itu adalah pernyataan yang keluar dari kondisi yang mulai menunjukkan polanya (yaitu pola gak beraturan!). Di titik ini, gw tau gw gak bisa balik kerja kantoran lagi dan gw juga gak bisa kerja di preschool/sekolah. Kebetulan juga job lagi lancar, why not?
Then, gw mulai mengalami ups and downsnya. Summer gw ke Beijing dan Lebaran gw ke Malang (thanks to my flexible schedule!), during which gw gak kerja dan berarti gw gak dibayar! Waktu Summer gw juga pake pecahin celengan segala, tapi gw gak anxious karena gw gak catet berapa yang gw punya dan yang gw habiskan. Di saat orang lain dapet THR Lebaran, gw malah manyun karena lagi “kering”. Dan saat lagi gersang, tiba-tiba gw jalan-jalan ke Makassar dan beli tiket Jay Chou yang ajubile harganya. What was I thinking? (tapi gw gak nyesel sih keduanya itu).
And in September, gw ngobrol sama my best friends yang udah sadar finansial duluan. Dalam bulan itu, gw melahap sebanyak-banyaknya informasi dan ilmu mengenai personal finance dari buku dan browsing sampai akhirnya gw sadar, kalau keuangan gw sangat berantakan banget dan gw ada dalam posisi bahaya! (before that I was ready to spend all my emergency $$$ to pay my car loan, OMG! Sekarang rasanya pengen toyor diri sendiri), Gw bahkan ga tau kalau “celengan” itu harus dilabeli “emergency fund”. Saat itu gw cuma taunya itu uang sisa (di mana gw sangat beruntung untuk memilikinya).
Back to financial literacy. Temen gw itu ngajarin kalau kita harus punya tabungan dan investasi, dan gw ga ngerti blas sama yang namanya invest. Temen gw itu dan ada 1 temen lagi (mereka berdua dari lingkaran yang berbeda) dengan antusias memberi pengarahan pada gw, sampai akhirnya gw membeli reksadana pertama gw di September 2013.
Dengan penghasilan freelancing gw yang mulai menunjukkan sebuah pola yang beraturan, gw komit kalau gw harus mengalokasikan sekian persen ke tabungan dan sekian persen ke investasi (dan X ke cicilan mobil sampai lunas). Tapi ternyata itu semua belom cukup, karena gw yang gak kerja kantoran ini GAK PUNYA ASURANSI KESEHATAN. Jreng…


(bersambung)

Sunday, November 10, 2013

Di saat kita gak punya pilihan lain selain... berbisnis

Banyak buku tentang investasi/kewirausahaan/financial freedom beredar belakangan ini, dan gw baca beberapa darinya. Penulis-penulisnya punya latar belakang yang berbeda-beda satu sama lain, tapi pasti ada benang merah yang bisa ditarik dari semua itu, sampai-sampai kesannya "koq buku beginian isinya sama semua yah?" 

But I keep reading. Selain karena gw lagi punya banyak waktu, gw pengen membuat seolah-olah ada orang yang terus ngoceh-ngocehin gw sampe gw gak tahan dan akhirnya harus melakukan itu. Haha... Sekarang sih, belum sampe pada tahap itu, tapi doain segera yah ^^

Ceritanya hari Jumat lalu gw ketemuan sama 2 temen Beijing gw. Yang 1, namanya M, hampir lulus S2, dan seperti kebanyakan orang Indo yang tinggal di Beijing, dia bingung harus for good atau stay di Beijing setelah lulus. Pertanyaan berikutnya, kalau for good, mau ngapain? Kerja di perusahaan atau nerusin usaha bokap yang udah established?

Yang kedua, namanya B. Dia lulus tahun 2011, dan selama 2 tahun ini, dia kerja di 2 perusahaan China yang berbeda, tapi 2-2nya udah berskala internasional. Tahun ini dia quit dari keduanya dan bantuin usaha bokapnya. 

Yang ketiga, namanya C (okay that's me). Gw lulus tahun 2010, kerja di Beijing 1 tahun, trus kerja di Indonesia sekitar 1 tahun, dan sekarang gw take off dan "kerja sendiri" (freelancing is the right word, though some people flatter me by calling me an "entrepreneur" or "businesswoman". I'm not (yet)). 

Gw dan B serupa tapi tak sama. Kerja dulu buat orang lain selama 2 tahun dan akhirnya jalan sendiri. Kita berdua punya kesimpulan kalau "eventually lo akan bisnis sendiri/lanjutin usaha bokap." Nah sekarang pertanyaannya M, "kalau eventually akan begitu, mending mulai sekarang atau kayak kalian dulu, 2 tahun buang waktu kerja sama orang baru bantuin bokap?" 

Pertanyaan itu langsung di-counter sama B, "Siapa bilang gw buang waktu? Gw gak nyesel kerja 2 tahun dulu. Meskipun sengsara, tapi itu bener-bener pengalaman berharga." Klise yah? Menurut gw sih gak klise sama sekali, karena cerita B 2 tahun pertama itu bener-bener seru. Di China, dia masuk salah satu perusahaan elektronik terbesar di sana. Anak-anak baru di sana "diplonco" secara fisik dan mental. Dia ngerasain yang namanya tinggal di asrama bobrok, ikut latihan militer, jualan mesin susu kacang di Suning (toko semacam Best Denki kalau di sini). Padahal di sini, dia tinggal di perumahan elit, bokapnya pengusaha, mobil bagus berjejer di rumahnya. Trus gw tanya sama dia, "Nyesel gak?" Dan dia jawab, "Saat itu sih bener-bener ngerasa menyedihkan, tapi sekarang gw ngerasa itu pengalaman berharga."

Well, sama! Gw suka banget first job gw. Bahkan si M bilang, "Iya Cin, lo oke banget di sana." 

Nah sekarang fast forward ke 2 tahun setelah kita bilang "I do" ke first job kita, kita (gw dan B) tinggalin kerjaan kantoran kita dan milih jalan yang kayaknya akan kita tempuh for the rest of our lives. Kalau B bilangnya, bantuin bokapnya bukan masalah bersedia atau nggak, tapi itu emang sesuatu he can't say no to. "Masak usaha bokap gw yang udah dirintis bertahun-tahun dari 0 mau dibiarin tutup karena gw gak mau lanjutin?" Si M ngangguk-ngangguk. Gw juga aminin si B. 

Si M juga minta pencerahan dari gw, tapi gw bilang, "Sebenernya kondisi gw gak sama dengan B. Gw bukan bisnis sekarang, bokap gw juga gak punya bisnis yang akan diwarisin ke gw, tapi... gw sekarang (atau setidaknya dalam waktu dekat), harus buka bisnis sendiri, atau nggak gw akan stuck begini-begini terus." 

Yup, gw gak mau selamanya keliling Sunter-Kelapa Gading ngelesin anak-anak SD terus. Gw gak mau diem terus nunggu ada temen ngenalin job. Gw mau orang-orang bisa akses sama service yang gw kasih dan mereka bisa menggapai gw. Gw mau mewujudkan salah satu impian gw: hire an assistant, or maybe hire a team. 

Tapi yaaa... gak semudah itu. Sebenernya 2 tahun itu nggak cukup, jadi gw masih harus banyak baca buku, banyak eksperimen, banyak tanya-tanya orang... I guess, ini bisa jadi target gw tahun 2014? Doakan saja...

C

Wednesday, November 6, 2013

The only person I need to prove myself to, is myself

Tanpa gw sadari, gw suka over-promise. Why? Karena gw suka denger orang-orang over-promise, because I'm like Marshall Eriksen, I believe in people. Gw ga suka kalau gw minta sesuatu yang wajar (I never demand impossible things), orang yang gw anggap mampu cuma bisa kasih gw jawaban, "I can't promise, we'll see." Gw prefer orang jawab gw, "I will try my best to make it happen". Meskipun pesan yang tersirat dari dua jawaban itu mirip, gw gak suka yang pertama karena gw dijawab dengan kalimat negatif. Dan "we'll see" mengandung unsur kepasrahan kepada alam semesta instead of memadukan usaha sendiri + kemurahan alam semesta. Sedangkan yang kedua, ada pake kata "best", itu kata superlative. Tidak ada yang lebih baik dari "best" (bestest is not a word). Dan dia lakukan yang terbaik hanya untuk "make it happen". Dia tidak janji bisa sukses, tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa terjadi.

Contoh, mobil tua lo mogok dan lo ke bengkel, lo ga berharap mobil itu bisa ngebut lagi, lo cuma berharap mobil itu bisa jalan lagi sewajarnya. Ada 2 kemungkinan jawaban dari montirnya:
1. "I can't promise, we'll see"
lalu mobil lo beneran gak bisa jalan lagi. Apa yang akan dikatakan si montir? "As I told you before, I can't promise anything." Ato dalam arti lain: itu derita lo.
2. "I will try my best to make it happen."
lalu mobil lo beneran gak bisa jalan lagi. Apa yang akan dikatakan si montir? "I already tried my best but it just didn't work out".

Sebagai pemilik mobil, bagaimana perasaan lo? Udah sedih mobil rusak, jawaban apa yang lo harapkan? Jawaban itu gak harus benar, tapi harus tepat.

Nah, karena gw gak suka digituin orang, makanya gw gak mau gituin orang. Tapi hal ini emang juga butuh kelihaian. I don't want to make the 2nd answer as my "template" answer because sometimes I don't try my best. 

Gw juga terinspirasi sama Jim Carrey di film Yes Man, di mana kalau kita katakan "yes" pada banyak hal, kita akan menemui banyak hal-hal tak terduga. Tapi sayangnya, hal-hal tak terduga itu bisa baik bisa buruk, dan most of the time, buruk.

So what do I do? Instead of milih-milih siapa yang gw harus kasih jawaban pertama dan kedua, gw lebih pilih menjawab dengan nomer 2 terus dan try my best in every single thing I do.

Caranya melakukan itu, pertama-tama, adalah tidak bersikap perhitungan dan mempunyai pemikiran "the only person I need to prove myself to, is myself". I did that yesterday, and I'm proud.

Ini masih ada hubungannya dengan tulisan gw sebelumnya tentang manajemen sekolah yang kacau.

Gw sadar kalau peraturan sekolah gak bisa diubah dan alih-alih curhat mulu sama murid (jadi terkesan ga profesional), mending bikin mereka tambah sayang sama gw. Gw pun tanya ke diri sendiri, sampe gw ikut kelas orang lain biar gw bisa examine gurunya, "kalau gw itu seorang murid, gw pengen guru gw kayak gimana?"

Gw bukan orang yang suka dandan, tapi gw berpakaian sesuai dengan peran gw. Kalau gw ngajar, biasanya gw pake celana jins panjang dan polo shirt tanpa make up. Nah kemarin, karena gw banyak waktu + gw jarang ketemu murid-murid gw + gw mo terlihat bagus dan segar, gw blow rambut, make up, pake heels, pake kemeja. Gw juga dateng pagian biar gak grabak grubuk.

Efek pertama yang dirasakan, gw jadi lebih percaya diri dan santai. Murid-murid ngeliat gw juga jadi senyum sambil ngeledek, "Laoshi potong rambut ya? Laoshi koq hari ini make up?" Laoshi koq hari ini pake heels?"

Cara kedua mengambil hati mereka adalah, prepare the lesson! Seperti yang gw pernah ceritain sebelumnya, di sini susah kalo mau prepare, karena level murid-murid beda. Gw juga menyadari kalau kemarin-kemarin gw terlalu cepet ngajarinnya jadi gak ada yang nyantol di otak mereka. So, instead of jebretin 1 bacaan panjang, mending 1 bagian aja dan diulang-ulang terus dan paksa mereka untuk latihan.

Efek keduanya, mereka jadi "terpaksa" ngomong. Mungkin ada dari mereka yang belum terbiasa pake cara ini, jadi kagok banget. Tapi mulai dari sekarang, itu akan jadi style gw. Hasilnya? Pelajaran gw molor... Dulu gw susah banget untuk mimpin kelas 50 menit. Di menit ke 45, gw bubarin tuh kelas, istirahat harusnya 15 menit bisa molor sampe 20 menit. Tapi skrg, gw malah 60 menit ga bubar-bubar, dan break 10 menit aja untuk minum dan ke toilet, lalu lanjut lagi.

Efek keseluruhannya? Murid gw setia ngikutin dan gw yakin mereka lebih banyak yang nyantol. Kelas yang biasanya 2-3 orang, kemarin bisa ada 8 orang.

Efek keduanya, ngajar model gini 5 jam jebret, cape. Hehe...

But I don't mind cape, selama itu cape fisik, bukan cape ati. Masa-masa cape ati gw udah lewat, dan gw sekarang ada pada tahap "menyenangkan diri sendiri". Beneran loh, melakukan sesuatu dengan penuh passion dan penuh kasih itu ngasih efek yang luar biasa. I'm not trying to prove to the school that I'm worth it because they're going to kick me out anyway, and I'm not trying to deliver the message "you're going to miss me when I'm gone", but I'm trying to prove to myself that, "Hey, this is your passion", "this is what you're going to get if you do things with love and passion". I prove myself right. I used to be my own worst enemy, tapi sekarang kita lagi temenan dan kompak... Hehe...

We are the champion!

C

Sunday, November 3, 2013

Some people just love to see other people miserable

Waktu mulai berjalan lambat lagi, karena di awal November ini, lagi-lagi ada perubahan yang cukup besar dalam hidup yang bagi gw kurang menyenangkan.

Berawal dari awal bulan September di mana gw bekerja paruh waktu di sebuah lembaga bahasa yang baru berdiri. 2 bulan ngajar di sana dengan jadwal yang cukup padat dan aneh bikin gw cukup betah meskipun sesekali cape dan ngerasa "aneh". Selama 2 bulan, jadwal gw kerja di sana Senin-Jumat dan sehari minimal 5 jam. Ada yang 6, ada yang 7 jam. Udah gitu, kebanyakan mulainya sore dan selesai bisa jam 8 sampe 10 malem.

Selama 2 bulan ini, gw ketemu banyak macam murid. Ada yang masih sekolah SD, ada yang seumuran gw, ada juga yang udah punya cucu. Puji Tuhan mereka puas dengan cara mengajar gw dan selalu masuk pas shift gw. I guess ada juga sih beberapa yang gak cocok dengan gaya ngajar gw dan ga pernah balik lagi. Di sini gw belajar milih bahan yang cocok untuk murid yang berbeda-beda, dan gw belajar gimana caranya supaya mereka enjoy sama bahan yang gw sampaikan. Gw berusaha konsisten pake textbook, gw usahain dari awal sampe akhir runtut dan ngerjain semua latihannya. Meskipun kadang keadaan gak memungkinkan untuk itu, gw berprinsip bahwa setiap murid harus mendapatkan sesuatu setelah keluar dari kelas yang gw pimpin.

Gw terharu sama murid-murid yang udah jadi kayak temen gw. Di luar jam kerja, mereka suka whatsapp/line gw dengan nanya ini itu, atau sekedar tanya jadwal. Bahkan ada beberapa yang jadi ngobrol dan curhat. Haha...

Lalu di akhir bulan Oktober, saat di mana kita harus atur jadwal untuk November (jadwal kita ganti tiap bulannya), gw punya koordinator baru. Orang ini agak susah untuk dinego soal jadwal, dan saat itu mengakibatkan gw rada-rada bete dibuatnya. Dia kurang efisien dan kurang tangkas dalam mengatur jadwal yang terbaik buat semuanya (guru, murid, manajemen). Tapi akhirnya, gw (terpaksa) sepakat dengan jadwal baru yang dia buat.

Setelah jadwal itu berjalan seminggu, tiba-tiba ada peraturan baru dari si pemilik kalau guru part time ga boleh lebih dari 10 jam per minggu. Which means, jam gw yang tadinya ada 22 jam seminggu bakal dicut jadi 10 jam. Hal ini secara finansial tentu berpengaruh besar buat gw, my main source of income berkurang lebih dari setengahnya. Tapi ini gw cukup santai... Yang bikin gw mangkel banget adalah, ada jadwal baru gw yang diatur jadi 3 jam ngajar, 2 jam break, 2 jam lagi ngajar. Which means gw harus stay 7 jam di sana tapi gw cuma dibayar 5 jam. Gw udah bilang ga mau digituin, dan students juga menyatakan keberatan. So I said, give me 5 hours straight or nothing at all. Trus sang supervisor (bukan koordinator) bilang, "They do this to make it difficult for part time teachers." Ckckck... Gw ga habis pikir sama orang-orang yang sengaja bikin hidup orang merana padahal itu juga ga membawa kebaikan apapun buat dirinya sendiri.

Gw bisa aja resign detik itu juga. Tapi, kebiasaan gw (entah ini baik atau buruk), gw merasa itu terlalu mudah untuk mereka jadi gw harus kasih mereka pelajaran dulu sebelum gw cabut selama-lamanya dari situ. Kayak gimana? Jujur aja belom tau.

Koq ada aja contoh buruk di sekeliling gw ini yah. Earning money itu gampang, cari guru itu gampang, tapi pertahaninnya yang susah banget. Bikin semua orang happy itu yang ga gampang, padahal kalau mau, bisa aja loh. Segitu pentingnyakah membuktikan diri sendiri hebat dengan cara "I can make your life miserable?"

This is something not worth fighting for, so I better leave.

Tuesday, October 22, 2013

My Money

To be honest, selama kurang lebih setengah tahun belakangan ini, gw sedikit obsessed sama yang namanya uang, tapi semoga masih dalam tahap kewajaran.

Kalau denger yang namanya "terobsesi sama uang", mungkin kesannya gw itu orang yang gila banget cari duitnya, kerja siang malam, dan cenderung menghalalkan segala cara buat dapetin uang sebanyak-banyaknya. Tapi kalo gw, lebih kayak "terobsesi mengatur uang (yang ga seberapa)". Ini adalah buah penyesalan karena ketika penghasilan gw dari 1st job gw di Beijing itu lumayan, I didn't manage it well, jadi uang itu gak dialokasikan dengan baik.

Kedua, gw terpengaruh sama PF (personal finance) bloggers, terutama PF bloggers luar. Gw jadi tau apa yang namanya itu frugal, budget, thrifty, dll... Yang semua intinya kurang lebih cerdik dalam memakai uang dan membebaskan diri dari jeratan hutang, baik itu hutang kartu kredit maupun student loan.

Yang ketiga, gw terpengaruh sama para penggila dunia finance. Saat gw masih kuliah, gw bingung kenapa orang bisa ngerti (let alone tertarik) sama yang namanya dunia finance maupun saham. Sekarang gw sih juga gak gila-gila amat, tapi gw mulai tertarik dan mulai belajar, hence mulai ngerti. Gw sendiri pun mulai menginvestasikan seiprit dari seiprit duit gw dan berharap memetik hasilnya dalam waktu dekat atau kelak nanti.

Selain mencemplungkan diri jadi investor (ceile), gw juga jadi punya cashflow yang sederhana namun rapi (dan bisa dipahami oleh diri gw sendiri). Ini semua karena selama gw kerja di Indonesia, gw ga pernah yang namanya bisa nabung. Gw menyangka karena lifestyle yang kurang sesuai sama pemasukan gw saat itu. Sekarang, puji Tuhan gw udah bisa menyetel lifestyle gw dan menaikkan pemasukan gw sekarang. Apalagi sekarang pemasukan gw gak tentu. Di bulan-bulan baik (meski belum pernah mencapai target gw), pemasukan gw bisa 2x lipat dibanding bulan-bulan jelek (biasanya bulan yang banyak liburnya). Kata perencana keuangan, seorang freelancer harus punya dana darurat sebesar 6 kali expense bulanannya. Heg... Ini semua untuk mengantisipasi bulan-bulan jelek itu.

Investasi udah, punya cashflow udah, menyetel lifestyle udah, menaikkan pemasukan juga udah.... Tapi, gw masih punya banyak PR. Gw belum punya asuransi kesehatan, gw belom bisa disiplin ngikutin budget dan nyatetin pemasukan dan pengeluaran sehari-hari, gw belom punya rumah (hehehe)...

Sekarang yang bisa gw lakukan adalah lebih menyeimbangkan spending, mana yang perlu dan mana yang butuh. 2 minggu lalu gw nonton Jay Chou dengan membayar tiket yang sangat mahal, tapi gw punya sepatu udah jelek banget gak beli-beli yang baru! Gw juga suka tiba-tiba "kalap" ngeluarin duit... Kayak gw yang biasanya isi bensin premium, bisa tiba-tiba melipir ke Shell dan beli V Power, tapi ada saatnya juga gw gak rela bayar parkir lebih mahal dikit... Ini dia PR gw satu lagi, yaitu menyeimbangkan hal-hal semacam ini. Karena yang terpenting itu bukan uang di dompet atau tabungan, melainkan peace of mind. Gw ga mau juga gara-gara bayar parkir kemahalan 4.000 trus ngegerundel berjam-jam. Ga mau juga kaki sakit karena pakai sepatu yang udah bapuk. Justru di sinilah uang gw harus dipakai dengan bijak.

Kalo rezeki (pemasukan) Tuhan yang atur, pengeluaran tetep manusia yang atur. Jangan Tuhan kasih 100, kita maunya spend 500. Salah sendiri itu.

Stay rich at your heart and always be grateful

C

Friday, October 18, 2013

Berdamai dengan musuh terbesar

Bagi yang ngikutin blog ini dan kenal gw secara personal, mungkin tahu kalau 2013 itu bukanlah tahun yang mudah buat gw. Keterpa badai dan angin di hidup ini itu biasa, tapi di awal tahun 2013, gw kena tsunami besar-besaran dan gw hancur berantakan. Orang yang kena tsunami secara harafiah itu ada 2 kemungkinan: die or survive. I didn't die, and people say: what doesn't kill you, only makes you stronger. Dan setelah berbulan-bulan hancur, marah, putus asa, akhirnya gw mulai melihat titik terangnya, yang bisa bikin gw semakin kuat. 

Ini bukan mau ngasih motivasi atau inspirasi ke siapapun, gw cuma simply ceritain pengalaman pribadi gw aja. 

They say, only time can heal you. Itu benar. Kita gak bisa "maksain" apapun. Saat kita lagi down, orang suruh kita "cari" distraction, baik itu kerja, jalan-jalan, atau pacar baru. I tried to do that, kerja gila HANYA UNTUK distract myself, jalan-jalan HANYA UNTUK distract myself. Hasilnya? Kerjaan ga beres, jalan-jalan ga enjoy. Malah gw dicomplain sama client/temen jalan-jalan kita. 

Saran gw adalah: terima saja. Admit that you made a mistake. Larutlah di dalam penyesalan dan kesedihan kalau memang perlu. Di saat seperti ini, biasanya orang yang paling dibenci dan disalahkan bukannya orang yang telah menyakiti hati gw, bukan juga Tuhan, bukan juga teman-teman yang menghibur gw baik itu tulus maupun pura-pura. Orang yang paling gw benci adalah: diri gw sendiri. Dan ketika gw berdamai sama diri gw sendiri, gw baru bisa berdamai sama segala sesuatu yang ada di sekeliling gw. 

Meski ini adalah "between me and myself",gw bisa minta bantuan orang-orang sekitar. Gw bisa minta bantuan Tuhan secara langsung, minta bantuan "pembimbing rohani" untuk didoain dan diberi wejangan, atau minta temen-temen gw yang konyol untuk bikin gw ketawa. 

Dan ketika gw gak lagi ngerasa tertohok di hati ketika mengingat/mendengar penyebab luka hati itu, ketika gw bisa menerima kekalahan, memaafkan diri sendiri, hal-hal baik barulah bisa terjadi. Hal-hal baik itu bukannya baru terjadi, tapi sebenarnya udah ada dari sananya, tapi gwnyalah yang bisa menerima mereka kembali. Matahari masih terbit tepat waktu setiap harinya, kok. 

Saat tahun 2013 ini belum berakhir aja, gw langsung ngecap kalau tahun ini bisa jadi salah satu tahun terburuk di kehidupan gw. Tapi  hey, mungkin ini juga salah satu tahun terbaik di hidup gw. Tahun ini, gw ambill loncatan besar di karir gw. I will highlight 2013 and write down "THE YEAR I LEFT MY JOB AND BECOME FULL-TIME FREELANCER". Tahun ini pertama kalinya gw trip ke luar kota sama sahabat-sahabat gw. Tahun ini, pertama kalinya gw ngeliat Jay Chou konser di Jakarta. Tahun ini pertama kalinya gw menerjemahkan buku, dan lain-lain yang mungkin sudah terlupakan tapi meninggalkan bekas manis di hati dan benak gw. 

Apakah gw bersyukur gw kena tsunami? Jujur aja, belum bisa. Apa gw berharap tsunami itu tidak pernah terjadi sama sekali? Nggak juga. Tapi, apakah semua itu penting? Itu semua udah terjadi dan sudah berlalu, meskipun terdengar sangat klise, lebih baik gw fokus sama saat ini dan masa mendatang. Satu hal yang pasti, karena gw udah pernah kena tsunami, maka badai-badai kecil mungkin bisa dihadapi dengan lebih siap dan kuat.

Rumah gw yang hancur kena tsunami udah dibangun kembali 70%. Kalo proses renovasinya udah selesai, mungkin rumah itu bisa 2 kali lebih besar dan lebih indah daripada sebelum kena tsunami. Amin.... 

Bless you

Cindy

Wednesday, October 9, 2013

Tourists vs Travelers

"Tourists don't know where they've been, travelers don't know where they're going." ~ Paul Theroux

Keluarga gw ga bisa dibilang kaya raya, tapi Puji Tuhan, bokap gw tahu cara enjoy life dengan uang yang dia punya. Dari sejak gw umur 3 tahun sampai menjelang krismon tahun 1998, hampir tiap tahun gw pergi ke luar kota maupun negeri, termasuk ke Eropa dan Amerika! Gw masih amazed kalau ternyata gw pernah pergi ke 2 tempat itu, yang sekarang kalau dibayangkan harganya, hiiy... rasanya fantastis banget.

Rumah kami biasa-biasa aja, mobil di rumah termasuk mobil "sejuta umat", bonyok hidup sederhana, tapi kami udah pernah ke banyak tempat, dan itu sebuah kebanggaan sendiri buat gw.

Sehabis krismon, kami ga pernah pergi jauh-jauh, yang terjauh mungkin Melbourne dan Beijing, itu pun karena kedua anak kuliah di sana. Sisanya, traveling cuma sebatas Singapura, Malaysia, dan dalam negeri. Tapi itu pun menyenangkan koq! :)

Sekarang banyak orang yang jadi "full time traveler" atau "travel writer", seru yah! Gw juga pengen banget, tapi belum bisa sampai ke sana karena gw masih banyak "alergi", dan masih kebiasaan malas-malasan dan bangun siang, apalagi kalau hotelnya enak! Yang jelas, gw bukan tergolong pelancong yang "turis banget" karena:
1. Gw ga begitu suka beli souvenir macam kaos, magnet, dan gantungan kunci.
2. Gw peduli akan budaya dan kebiasaan lokal, bukan cuma menelan apa yang tersedia dalam itinerary mentah-mentah (dan lupa blas setelah beberapa hari).
3. Gw foto-foto seperlunya aja, dan kalau udah gw rasa cukup, gw simpen kamera HP gw dan enjoy pemandangan/keadaan. (although gw mengakui, sejak punya gadget baru, gw jadi lebih terobsesi dengan foto-foto).
4. Gw don't mind kalo ga pergi ke tempat "must see"-nya (kalo gw emang ga minat-minat amat), gw lebih suka ngelakuin sesuatu yang "local". Waktu gw ke Batu, gw lebih prefer bantuin di pasar daripada masuk ke tempat wisata.
5. Gw HARUS cobain semua makanan wajib, terutama yang ga bisa gw temukan di tempat lain. Gw berusaha keras untuk ga pilih-pilih makanan. Waktu di Dalian, China, gw makan cumi terus, padahal biasanya gw ga doyan. Hehe...
6. Gw harus ngobrol sama orang local, atau sesama turis dan share apa kesan gw terhadap tempat itu.
7. Di China, gw harus cobain setiap bir lokal. Di Indonesia, gw cobain kopi/soto/bakmi lokal.

etc etc...

Entry ini untuk mengakhiri "traveling season 2013" gw. Sepanjang tahun ini, gw 2x trip besar ke luar negeri (Thailand and China), dan 2x trip kecil (Malang and Makassar). Gw pergi dengan orang yang berbeda-beda dengan pengalaman yang berbeda-beda pula. Sampe sekarang sih, belum ada rencana traveling lagi sampai akhir tahun ini, but we'll see... Sometimes opportunity comes unexpectedly.

Abis ini, mau tulis tentang Makassar! It was a fun trip. :)

CK

Wednesday, September 18, 2013

Sweeeeet September

Guilty pleasure gw selain indomie dan teh botol adalah: ngeluh. 

Gw benci denger orang ngeluh. Dan kadang kalau gw ga sengaja "ngeluh", gw suka menampar diri sendiri secara imajiner. 

Tapi bo... rasanya... pengen banget ngeluh... Kayak makan indomie dan minum teh botol. Gampang didapet, enak rasanya, tapi efek sesudahnya yang ga enak. Yang paling ga enak adalah, rasa bersalahnya itu. 

Sekarang yang gw pengen utarakan (bukan keluhkan loh ya), adalah betapa sibuknya diriku. 
(some may say: yeee.. emang situ doang yang sibuk? semua orang sibuk juga kali.)

Well, iya, gw emang bukan orang paling sibuk di dunia, dan gw sebel kalo ada orang yang berlagak rasanya dia orang tersibuk di dunia. Tapi again, gw cuma mo mengutarakan what's going on with me lately.

I got a new teaching job and I'm loving it!!! I already have some regular students yang cuma dateng pas jam-jam gw doang. I feel the love! Ngajar berjam-jam (ada beberapa hari di mana gw ngajar Bhs Indo paginya, trus lanjut Bhs Mandarin) itu sih gak nyapein fisik, tapi nyapein otak dan mulut jadi kering banget. This job requires me to go home late almost every night. Pulang-pulang ke rumah rasanya cuma pengen mandi dan bleg tidur. Terkadang sih curi-curi makan. Hahaha... 

Karena jadwal yang cukup aneh ini, pekerjaan translate kemaren jadi sempet terbengkalai... :( karena gw cuma jadi ada waktu di pagi/siang hari, sedangkan di pagi hari, otak belom ON. Rasanya ga efektif banget ngerjainnya. Tapi kalau malam hari.... udah ga ada tenaga.

I have my own business card for networking purposes. :))) Designed by the talented Mr. Edo Huang. Hope it brings me a lot of business!!!

Next: translation workshop! Excited.

September, you've been sweet

Sunday, September 1, 2013

Last Quarter of 2013!

Horeee... udah September! Akhirnya, tahun buruk ini sudah berjalan 3/4nya dan tinggal 1/4 lagi sampai ke tahun yang baru! How's your 2013 so far? Meski gw banyak ngeluh dan banyak "kesandung" di tahun ini, tapi gw tetep berusaha untuk bersyukur. Kadang kalau lagi down banget, gw sampe bisa mikir, "apa sih yang bisa disyukuri?" --- Geblek ya? Tentu saja banyak! Punya mata yang bisa ngelihat aja itu satu hal yang amat, sangat bisa disyukuri, belum lagi 1001 hal lainnya yang patut disyukuri. :)

How was my August?

Gw cuma kerja setengah bulan di bulan Agustus. Which means, gw harus berhemat di bulan September. #nasibFreelancer. Tapiii... Gw seneng ada 1 klien baru, yang juga adalah teman baik gw, yang minta gw untuk nulis semacam "company profile"-nya dia di website yang baru akan dia luncurkan. I feel so honored!

Kerjaan berbanding terbalik dengan hedon. Setelah beria-ria di Jatim di awal bulan, gw banyak ketemu temen-temen Jakarta dari berbagai social circle. Karena saat itu lagi musim libur, jadi jalanan sepi, temen-temen juga lebih ada waktu.

Di bulan ini, gw juga membuat sebuah keputusan penting yang akan mengubah hidup gw. Baru buat rencana aja sih, nanti eksekusinya mudah-mudahan bisa di 2014.

My Mood

Tetap seperti roller coaster. Bukannya gw yang labil, tapi karena emang banyak keadaan yang bikin hati cenat-cenut. Intinya, ini adalah latihan kedewasaan gw dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup. Di bulan ini gw banyak harus menghadapi orang-orang yang tadinya biasa aja, namun tiba-tiba ada "something" yang bikin keadaan jadi aneh. Dengan egoisnya, gw kesel dalam hati, "duhh.. kenapa harus begini sih?" Tapi... memang keadaan ga bisa selalu sesuai kemauan. Bahkan most of the time, banyakan ga sesuainya daripada sesuainya.

Meanwhile in September...

September is going to be a super busy and exciting month for me! Karena akan ada gig baru (ngajar), dan gw akan ikut workshop penerjemahan tanggal 22-28. Detail nanti aja kalau udah selesai :)

September will be a no-travel month for me. Gw bakal saving buat liburan kecil di awal Oktober. Speaking of savings...

Mulai bulan September, gw akan lebih bertanggung jawab lagi soal keuangan gw. Thanks buat temen-temen yang udah "tercerahkan" secara finansial terlebih dahulu, mereka bersedia membagikan sedikit ilmu dan pengalamannya kepada gw. Gw berjanji, di bulan ini gw akan lebih hati-hati dan cermat dalam memakai uang gw. Let's see apa yang akan gw raih di akhir bulan pertama.

Baguslah gw bakalan sibuk. Gw sering bilang, "What's life without a little bit of drama?" Tapi sekarang, please, kurangin dulu dramanya!

Selamat menjalani sisa 2013 dengan hati yang gembira dan tubuh yang sehat!

C

Tuesday, August 20, 2013

Comfort Zone: The Place I Want To Be

Setelah "Passion", keyword yang paling sering muncul dalam gombalannya motivator adalah: step out from your comfort zone. Unlike "passion", di mana gw setuju tentang pernyataan: follow your passion,  kali ini gw ga setuju dengan ajakan untuk senantiasa keluar dari comfort zone.

Kenapa kita harus keluar dari comfort zone? Seolah itu adalah zona yang mengerikan. Lho? bukannya kebalikannya?

Para motivator beralasan kalau comfort zone bisa bikin kita males dan tidak produktif, maka dari itu, kita harus senantiasa keluar dari zona nyaman untuk memberi tantangan pada diri sendiri.

Yang setuju katakan amin, yang ga setuju katakan bullshit.

"Bullshiiiiit..."

Kalo lo ada di uncomfort zone, apa lo bisa kerja dengan maksimal? Apa lo bisa happy maksimal? Contohnya... Gw tipe orang yang kalau kerja harus heniiiiing. Dengan begini, berarti gw dihadapkan pada dua pilihan, yaitu: membiasakan diri dengan kebisingan, atau mencari waktu hening untuk bekerja. For me, gw akan lebih senang, happy, dan produktif jika bisa kerja di tempat yang hening. Kalau ada yang menghimbau gw untuk keluar dari comfort zone dan membiasakan diri dengan kebisingan, wah... no thanks deh. Karena itu akan jadi extra work for me. Tadinya yang cuma harus get the work done, jadi harus membiasakan diri di kondisi tidak nyaman + get the work done.

Sekarang gw ini lagi ada di uncomfort zone gw yang banget-banget. Setiap hari gw complain dan gw yakin udah banyak yang eneg, termasuk diri gw sendiri. Gw ga mau membiarkan diri sendiri terus menerus berasa tersiksa. Alhasil, gw struggle, dan terus berjuang untuk mencapai comfort zone gw. Surga di bumi ini.

Ya iyalah, ada yang enak, ngapain susah? :P

Beberapa orang mungkin akan berkomentar: yah elo enak, bisa gini gitu gini gitu. Kita stuck di uncomfort zone bukannya mau menantang diri, tapi terpaksa. Untuk ini, gw punya pesan yang berlawanan dengan motivator: hai kawan, keluarlah dari uncomfort zone-mu, segera!

Tapi, apapun keadaan kita, baik di comfort zone maupun di uncomfort zone, jangan lupa quote terkenal ini (yang gw ga tau sapa yang buat): "Jadilah cukuplah puas untuk tahu bersyukur. Jadilah tidak cukup puas untuk selalu mencari yang lebih baik".

Bless you all :)

C

Saturday, August 10, 2013

Jatim Ciamik!

Akhirnya balik lagi ke Jakarta setelah 9 hari melanglang di Jatim (Batu, Malang, Surabaya). Banyak hal menyenangkan yang terjadi di sana... Beberapa udah gw post di twitter gw... mengenai how my uncle and aunt run their shop at local market, mengenai lucunya local TV yang bernama JTV (Jatim TV), dan yang terakhir, di mana gw membuang gengsi gw dan bilang... kalau gw sebenarnya kangen Jakarta, kota yang gw benci ini.

Is it possible to hate and love something at the same time? Gw benci macet dan keruwetannya Jakarta, tetapi gw cinta rumah gw. Nginep di rumah sodara di kota sekecil Batu, namanya bukan rumah sendiri, pasti gak bisa nyaman. Kamar mandi sih ada, tapi buat mandi and "do my business" gak bakalan ada yang seenak di rumah sendiri (dan di hotel bintang 5!). Begitu sampe di rumah di Jakarta, yang gw lakukan pertama kali setelah naro koper adalah bercengkerama di kamar mandi gw. Haha...

Di Malang, gw nginep di rumah Astrid, my college roommate. Dia juga ngajak gw ke Surabaya buat ketemu temen-temen lama zaman kuliah, dan dia dengan sangat baik hati menemani gw ketemu temen-temen SBY yang dia gak kenal... Thanks ya :') Kita berdua kenal tahun 2006, saat baru pertama nyampe Beijing, kita sering main bareng, pergi traveling bareng, dan bahkan pernah tinggal sekamar selama 1 semester. Jadi, dia cukup mengenal sifat-sifat dan kebiasaan gw.

Satu hal yang membekas sampai sekarang, dia bilang kalo sekarang, gw jauh lebih sabar dibandingin dulu. Selain Astrid, ada 1 temen SBY lagi yang bilang kalo sekarang Cindy tambah kalem. Dan... ada 1 temen lagi di Beijing yang sebulan lalu ketemu bilang, sekarang Cindy lebih pendiam.

Cungguh? I guess so.

Udah ada 3 orang yang bilang gitu, dan actually gw sendiri juga menyadarinya, so... emang bener gw udah tambah sabar dan kalem kali yaaa...

Back to Jatim...

Batu
Batu sekarang udah jadi tujuan wisata, jadi udah banyak orang yang familiar sama tempat ini. Di Batu banyak theme park dan tempat rekreasi yang gw yakin pasti bagus semua. Gw gak pergi tuh ke Jatim Park ataupun BNS ataupun yang lainnya. Jatim Park 2 cuma sampe di loket depannya aja. Kenapa? Karena gw pergi sama bonyok yang nampaknya ga akan begitu enjoy kalo masuk ke dalem... Gwnya juga ga pengen-pengen amat.
Di Batu, gw banyak bantu uncle and aunt gw di pasar. Karena, hari biasa aja mereka udah sibuk, sekarang ditambah pegawai-pegawai mereka yang pulkam, jadi mereka super understaffed. Gw ga begitu bisa bantu banyak karena gw ga hafal harga-harga dan takut salah juga. Jadi gw cuma duduk manis di pojok dan jadi kasir, ngambilin kembalian.
Gw berharap ketika gw ga di pasar, gw bisa tenang di rumah dan baca buku sambil adem-ademan. Eh rupanya, rencana ini gagal total. Karena, rumah ini diapit sama beberapa masjid yang setiap hari mulai jam 3 sore udah mulai doa kenceng-kenceng sampai tarawih selesai. Apalagi pas malam takbiran... Gak bisa tidur karena loudspeaker mereka dan suara petasan-petasan. :(

Malang
Bagi orang Batu, pergi ke Malang itu dianggep ke luar kota. Emang bener sih ke luar kota. Tapi jaraknya ya paling cuma setengah jam naik mobil. Selama less than 24hrs gw di Malang, gw diajak kuliner sampai begah banget. Yang patut dicatat adalah, gw makan soto terenak seumur hidup gw di warung yang namanya Jenggot. Hoki banget karena sehari sesudah gw makan, mereka udah libur lebaran. Makanan Malang enak-enak, murah-murah. Tapi harus cepet-cepetan karena cepet banget abisnya. Di warung sate kambing tempat kita makan, mereka baru buka jam 5 sore dan kita ke sana jam 7 malem, satenya udah ampir abis. Lagi-lagi gw hoki, karena telat dateng 10 menit aja, udah ga kebagian deh tuh sate kambing.

Surabaya
Sebelum berangkat ke SBY, Astrid udah wanti-wanti kalau SBY itu panaaaas banget... Beda sama Batu dan Malang yang sejuk... Begitu sampe di sana, emang bener sih... Tapiiii, meski panas, langitnya Surabaya bener-bener biruuuuu... Awannya putiiiih... demen banget liatnya :D
Sama halnya dengan orang Jakarta, orang Surabaya amat sangat ribet kalau mau ketemuan. Haha... Mereka tinggal di daerah yang jauh-jauhan dan susah nyari tempat "tengah" buat ketemuan. Mau ketemuan di A, si X ga mau. Mau ketemuan di B, si Y yang gak mau... Alasannya jauh dan macet. Well... maaf ya teman... Tapi, jauh dan macetnya SBY gak ada apa-apanya dibanding Jakarta. Gw pernah jalan sekali dari SBY ujung ke ujung katanya, dan menurut gw itu masih sakit deket. Gw google, jaraknya cuma belasan km. Hehe...
Gw uda wanti-wanti juga sama konco-konco SBY kalo gw ga mau makan makanan mall yang di JKT juga ada. Eh tapi karena 1 hari itu gw mesti ketemuan sama 3 grup orang yang berbeda-beda, akhirnya gw seharian di Tunjungan Plaza :( Nongkrongnya di... Bakerz In... Halahhh... Tapi malem itu akhirnya kita keluar juga sih dan makan bebek goreng HT yang maknyus. Lucunya, si James bisa nyemplung ikutan main sama gw Astrid dan Bobby... Hihi.. gpp seru ada dia.

Overall... Jatim is awesome!!! Gw happy, refreshed, dan kenyang banget di sana... Semoga temen-temen Jatimku gantian main di Jakarta yaaa..

C

Thursday, August 1, 2013

Suka-suka freelancing: jual diri dan maintain clients

Back in May, I wrote a blog about money problem. Gw mulai track expenses gw (yang lumayan rapi meskipun sederhana) dari bulan April hingga sekarang. Alhasil, ketika bulan Juli berakhir, gw udah bisa melihat fluktuasi keuangan gw selama 4 bulan terakhir gw jadi full time freelancer.

Sebelum gw mulai track spending itu, gw baru balik dari Thailand dan mulai freelancing. Selama 4 bulan ini juga, gw ada 1 trip besar ke Beijing di mana gw berhenti bekerja sama sekali. Sekarang, gw nulis blog ini dari rumah sodara gw di Malang. Intinya, 4 bulan ini (dan pada tahun ini tepatnya), gw banyak kerja dan banyak mainnya! Untuk bagian mainnya itu, gak make duit dari cashflow 4 bulan ini koq. Jadi sebenernya, cashflow gw itu ga bisa menggambarkan keadaan keuangan gw yang sesungguhnya.

Tapi dari 4 bulan ini gw udah melihat kenaikan pemasukan yang signifikan. Thanks to my beloved clients yang sekarang kayaknya lagi pada bobo semua. Alhasil, gw jadi ketar-ketir sendiri. Belom bisa dibilang stabil. But fear not, rejeki pasti ada aja, gw yakin itu.

Here, gw mo ngomongin sedikit soal "jual diri". Baik itu "jual diri" buat dihire orang (full time employment), atau cari-cari klien. Jual diri di sini hendaknya tidak membawa konotasi negatif ya. Kenapa? Soalnya kita memang literally menjual skill kita dan klien/employer harus membayar sepadan dengan apa yang kita jual, atau sesuai negosiasi dan kesepakatan bersama. Anggep aja kita jual mobil. Kalo mobil kita BMW, jangan mau cuma dibayar seharga Avanza. Dan kalau kita punya Avanza, jangan minta bayaran BMW. Selain itu, kita jual diri bukan karena kita DOANG yang butuh, tapi dua-duanya sama butuh. Jadi gw paling anti tuh, sama employer/klien yang blagu. Memang bener sih, as a start, sebagai fresh graduate, anggeplah kita lagi "magang". Tapi kalo kita udah punya pengalaman, hey, we have bills to pay. Jangan mau selamanya dikelabui dengan kata "belajar".

Ini bukan berarti sombong loh ya. Gw masih level Innova koq - belom BMW, tapi udah sedikit di atas Avanza. Sometimes, gw masih dibayar dengan tarif yang cukup minim dan gw terima, karena beberapa pertimbangan. Antara lain: tingkat kesulitan yang rendah dan tingkat keasyikan yang tinggi. Kalau dua itu udah digabungkan, happy banget deh. Lebih baik dapet project yang kayak gitu daripada yang bayarannya tinggi tapi stress.

Nah ketika satu project udah selesai, invoice sudah dibayar, kedua belah pihak sama-sama puas... Trus gimana?

Cari klien baru itu ga gampang. Nyarinya udah susah, PDKTnya lebih susah lagi, nge-golin projectnya lebih lebih lebih susah lagi! Maka, sembari pelan-pelan cari-cari dan PDKT, kita harus maintain relationship sama klien lama dan keep the ball rolling... alias tetep terima project dari mereka.

Gw pernah beberapa kali coba jualan dan gw ambil kesimpulan kalo gw ga pinter jualan, karena... gw ga pinter menawar-nawari orang untuk beli barang jualan gw. Risih rasanya. Tapi sekarang, mau ga mau ngelakuin itu, dan yang dijual adalah... diri gw sendiri.

Meski gw risih nawar-nawarin orang, tapi gw ga risih koq ditawar-tawarin (asal ga terlalu agresif dan maksa yah). Maka, gw berkesimpulan lagi kalau orang gak risih gw tawar-tawarin selama gwnya sopan. So, halo-halolah gw ke existing clients. Meski mereka lagi ga ada job baru, setidaknya mereka inget ada gw dan gw ga dilupakan! Dan kalau misalnya dibilang, "oh lagi belom ada nih, bulan depan ya..." Dan di bulan depan kunjung tidak ada kabar, maka sah-sah aja kalau nanya sekali lagi.

Untuk dapat melakukan itu semua, terlebih dahulu gw harus menyelesaikan project yang sudah-sudah dengan baik, supaya mereka mau pake gw lagi! Terkadang gw harus jadi "yes man" tanpa jadi kerbau yang dicucuk hidungnya. Tapi untungnya klien gw baik-baik, ga sampe abuse gw. Makanya gw bersyukur banget :) Gw sering denger sama temen-temen freelancer lain (yang mostly adalah graphic designer) yang dibikin hampir gila karena client mereka yang banyak maunya.

Selain bikin cashflow bulanan, gw juga bikin proyeksi pemasukan bulan ini. So far, karena kepotong lebaran, August is not looking good. Udah halo-halo sama mereka juga mereka bilangnya "nanti ya abis lebaran dikabarin". Hahahay... meanwhile, enjoy Malang dulu deh. :)

Anyway, kalo ada yang butuh penerjemah Mandarin, penulis, language tutor (Bahasa Indonesia/Mandarin), feel free to contact me at cindykusuma88 at yahoo dot com . *teteup jual diri*

August please be nice! :)

Cindy

Monday, July 29, 2013

A Poem: Taman Bunga

Note: I wrote this back in 2011. 

Pendar lampu jalanan bagaikan payung besar dan transparan yang menyelimuti seluruh kota ini.
Aku lupa apa itu rasanya mencintai, tapi rasa sakit itu tidak pernah hilang.
Oleh sebab itu, aku menikmatinya, rasa sakit itu, dan aku mau lagi dan lagi.


Gelas yang pecah tidak bisa disambung.
Semua bagaikan guyonan basi yang diceritakan berulang-ulang dan menjadi sebuah mimpi buruk.
Tapi alam bawah sadarku ketagihan.
Aku mau dengar terus, bagaikan sebuah candu.


Siapa sangka jalan pulang begitu berbatu.
Biar di belakang bukanlah surga, dan di depan adalah taman bunga, aku ingin berjalan selambat mungkin.
Membiarkan batu-batu itu menusukku lebih dalam dan meninggalkan luka yang permanen.
Luka itu namanya kenangan.


Semua orang bilang benci.
Tapi sesungguhnya mereka semua hanyalah gengsi.
Aku mau biarkan luka itu menganga, tapi tak boleh membusuk.
Biarlah darah selalu mengalir, dan rasa sakit selalu ada untuk mengingatkanku akan keberadaannya. 

Sunday, July 21, 2013

Passion

Salah satu alasan gw ga demen motivator adalah... mereka terus ngomongin hal yang sama dan melebih-lebihkannya. Salah satu topik yang paling sering dibahas adalah passion. Teruuuus meneruuuuus diulang-ulang untuk mengejar passion. Mereka terus ngomongin ini tanpa ngebahas, apa sih passion itu? 

Mungkin pertanyaan basic ini jarang dilontarkan karena beberapa orang udah tau dengan jelas apa passion mereka. Misalnya, passion mereka adalah baking atau making money from selling apartments, atau passion mereka adalah jadi motivator/public speaker. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang ga punya keahlian khusus? Gw pernah tanya pertanyaan 'apa passion lo' ke forum grup whatsapp temen-temen baik gw, dan kebanyakan dari mereka gak bisa jawab, atau jawabnya ngaco sekalian. Ada yang bilang 'gw mau ongkang-ongkang kaki trus gak usah musingin soal duit' --> ini bukan passion. Mereka bahkan ga ngerti pertanyaannya. 

Gw? Gw juga saat itu ga tau... Tapi setelah gw baca bukunya Nick Vujicic (yang sampe sekarang belom selesai...), gw tau apa artinya passion dan gw tau passion gw apa. Dia bilang kalo passion adalah sesuatu yang lo bersedia kerjain tanpa dibayar. Passion-nya Nick adalah public speaking dan memotivasi orang. Dia bilang dia dulu sering ga dibayar untuk bicara di depan khalayak. Padahal, orang mau-mau aja bayar dia mahal untuk bisa jadi pembicara. 

Melalui definisi ini, gw tau kalo passion gw adalah... menulis. Gw ga bisa bilang kalau gw jago menulis, karena gw akuin tulisan gw masih banyak perlu diperbaiki. Belum ada orang yang mau bayar gw untuk tulisan gw, jadi gw masih belum merasa tulisan gw bagus. Haha... Tapi udah ada beberapa orang yang minta gw nulis karena mereka suka tulisan gw. Ini bahan bakar yang ampuh banget buat gw. Gw seneng banget kalau ada orang yang bilang mereka enjoy tulisan gw dan menyuruh gw untuk keep writing. 

Dan, yang bikin gw yakin kalau menulis adalah passion gw adalah... meskipun ga ada yang nyuruh, meskipun ga ada yang muji, meskipun ga ada yang komen, gw tetep suka nulis. Blog ini adalah buktinya. Gw ga tau seberapa banyak yang baca blog ini, blog ini hampir ga pernah ada yang komen, tapi gw tetep update regularly. 

Andaikan penulis itu seperti pelukis. Kalo pelukis lagi gila dan galau, kira-kira apa yang akan dilakukannya? Yes. Memandang ke kanvas putih, ambil cat, dan tumpahkan semua isi hatinya ke atas kanvas itu. Dia ga peduli hasilnya mau bagus atau jelek, berbentuk atau nggak, yang penting itu udah melampiaskan perasaan di hatinya. Sama halnya dengan penulis. Blog dan buku-buku catatan gw di rumah bagaikan kanvas gw. Kalo gw lagi mumet dan suntuk, gw buka salah satu media itu (blog atau buku-buku), dan gw tulis sesuka hati gw. Gw tulis ocehan, makian, racauan, dan apapun yang menggambarkan isi hati gw (although not literally), menjadi kata-kata yang terkadang abstrak, terkadang terstruktur. 

Misalnya sekarang ini. Gw ngerasa ada sesuatu yang mengganjal di hati, dan gw kepengen banget nulis. Tapi, seperti yang pernah gw tulis sebelumnya, gw ga mau nulis sesuatu yang terlalu galau. So, gw terpikirkan 1 keyword, "passion", dan mulai menulis tentang itu. 

That's also why, writing is not my talent or my profession. Gw bukan penulis profesional. Meskipun, gw kepengen one day ada yang hire gw untuk nulis sesuatu yang gw suka, gw belom ngusahain ke sana. Dulu gw pernah kerja sebagai penulis untuk sesuatu yang gw gak demen-demen amat. Ya, gitu deh hasilnya... Gw ga begitu bangga sama tulisan-tulisan gw yang itu :) Tulisan-tulisan yang gw banggakan ada di notes FB gw. 

Still, mimpi untuk bisa nerbitin buku masih ada. Itu salah satu yang ada di bucket list gw. Tentang apakah buku gw? Kapankah bisa kelar? Nobody knows, neither do I. =)

Keep writing Cin...

C

Friday, July 19, 2013

My Feeling After Finishing A Big Project

Closing a deal is one thing, finishing the task is another thing. Gw masih inget betapa excitednya gw ketika gw deal project ini sekitar 3 bulan yang lalu. Gw diberi waktu 3 bulan untuk menerjemahkan 1 buku yang tebelnya sekitar 300 halaman dari Mandarin ke Indonesia. Buku ini topiknya sangat berat, tentang spiritualitas dan banyak filosofinya yang sangat asing buat gw. Tapi untungnya, gw dikasih referensi terjemahan Bahasa Inggrisnya yang sangat, sangat membantu.

Pada awalnya, gw ngerjain buku ini sambil ngerjain project-project lain yang skalanya lebih kecil dari ini. Sebagai penerjemah newbie, ngerjain beberapa project sekaligus dan project yang diambil cukup "dalem" adalah sebuah tantangan. Gw coba-coba cara yang terbaik agar semua kerjaan beres sesuai dengan target (waktu dan kualitas). Saat gw ada 2 project, gw sempet ngerjainnya sehari satu project. Misalnya senin gw kerjain A, selasa gw kerjain B. Tapi gw ngerasa kayak gitu agak susah fokus dan "dapet" feelnya. Ketika baru "hot", udah harus pindah ke kerjaan lain. Maka, gw ganti caranya, yaitu jadi seminggu-seminggu. Cara ini terbukti lebih efektif, keliatan dari kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Trus pernah beberapa kali ada project ketiga yang nyelip di tengah-tengah. Saat itu, gw hold project A dan B untuk selesaiin project C ini. Ini baru ngomongin project-project terjemahan, belom kerjaan ngajar dan volunteer lainnya. Gw bener-bener belajar banyak soal ngatur waktu dan space otak.

Selama tiga bulan proses pengerjaan ini, ada masa di mana gw tiba-tiba pergi jalan-jalan selama 2 minggu dan gak nyentuh kerjaan sama sekali. Ada pula saatnya sampai 2 mingguan yang meskipun gw ada di rumah, tapi tetep gak nyentuh karena lagi "diselak" project lain atau kadang-kadang memang gak sempat aja. Gw sempet deg-degan, dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan deadline yang mengikat. Ketika 2 project lain itu sudah selesai, gw sementara ga lanjutin dulu, dan fokus sama project buku ini. Sehari gw kerjain sekitar 4-5 jam.

Pengerjaan gw kali ini cukup sistematis, runtut dari awal sampe akhir. Ketika gw terjemahkan kalimat yang paling terakhir dari buku ini, ketika gw ketikkan tanda '.' yang terakhir, rasanya di sekeliling gw para malaikat langsung nyanyi We Are The Champions. Kerja keras otak gw selama hampir 3 bulan akhirnya selesai juga!!! Senang dan bangga rasanya.

Eh tapi tunggu dulu. Selesai? Not quite. Justru bagian yang sulit baru saja datang. Gw harus baca ulang dari awal sampai akhir, mengecek konsistensi penggunaan bahasanya (misalnya "ia" dan "dia", pakai salah satu aja), trus edit kata-kata yang kurang pas, fill in the blanks (bagian yang gw ga ngerti blas biasanya gw tinggal dulu, inilah saatnya gw research lebih banyak buat isi kekosongan itu), samain formatnya, dll dll... Proses ini memakan waktu sekitar 1 minggu sendiri buat gw. Dan ketika udah selesai semua, rapi semua, gw e-mail ke sang penerbit tercinta. ^^ Saat ini, tugas gw boleh dibilang 95% selesai, karena 5%nya lagi ada kemungkinan mereka minta revisi beberapa bagian. But untuk sampai naskah gw dibaca mereka aja mungkin butuh waktu yang cukup lama. Meanwhile, gw cuma nunggu aja. :D

Sehabis gw kirim naskah itu ke sang penerbit, gw beres-beres buku-buku, fotocopy-an, dan kamus yang berserakan di meja kerja gw dan gw taruh di satu tumpukan di luar jarak pandang gw. Gw rapihin meja gw dari printilan yang ada selama 3 bulan dan tulis DONE pada kertas jadwal yang tertempel di cork board depan muka gw persis.

Saat itu, gw langsung napsu banget pengen "jual diri" lagi buat next project. Tapi, gw tarik napas, dan gw bilang ke diri sendiri untuk slow down. Ini saatnya gw evaluasi tentang semua project-project ini, bikin semacem kesimpulan, dan istirahat sejenak. Selama 2 mingguan ini, gw berencana untuk selesaiin utang-utang baca buku dan blog gw, ketemu temen-temen yang lagi liburan di Indo, dan nonton Bioskop. :D

Dan sesudah itu, semoga project-project kembali berdatangan. Amin...

C

Saturday, July 6, 2013

Apakah hidup itu roda? Atau jalan?

Salah satu nasihat paling klise ketika kita lagi suwe adalah... "Hidup ini bagaikan roda, kalau kamu sekarang lagi di bawah, berarti bentar lagi kamu di atas." Lucunya, ga pernah ada yang bilang begini kalau seseorang lagi di atas, "Wah kamu lagi di atas ya, awas loh, bentar lagi kamu di bawah...". 

People come and go. Some people come back, some people just go forever. Diri kita bagaikan hotel. Banyak orang yang selalu kembali ke hotel yang sama, namun ada pula orang yang urus check out, bayar, lalu ga pernah menginjakkan kaki ke hotel itu lagi. Sialnya, ada pula tamu hotel yang cabut begitu saja tanpa bayar, dan kita panik sendiri, wondering if that person will ever come back to pay. 

Biarlah, hidup tetap mengalir. Entah kamu berjalan dengan gagah atau tertatih.

So, how's Beijing?

Semua klise yang gw dengar itu benar adanya. Beijing udaranya jelek, Beijing sekarang gak seru, banyak orang ninggalin Beijing, dan... Beijing udah gak sama lagi.

Sangat sedih mengakuinya, tapi mau denial bagaimanapun, tetep ga bisa karena itu semua sudah sangat obvious. 

Tapi on top of that, Beijing tetep punya karakter yang ga akan bisa hilang sampai kapanpun. Gw tetep merasa "kenal banget" sama kota ini. Gw masih tetep bisa bilang "mau mata gw ditutup pun, gw tetep bisa jalan di Beijing ga pake nabrak". Karakter macam apa sih yang gw maksud? Gak tau, gak bisa dijelaskan dengan kata-kata... harus dirasain pake hati. 

Intinya, Beijing, the city I call home, is now so strange, yet so familiar. Begitu asing, namun begitu familiar.

Maybe I won't see you again, ever. I hope you see more clear blue skies!

C

Friday, June 21, 2013

Birthday Luck

First of all, gw bukan penggemar ulang tahun. Salah satu penyebabnya adalah, pada ultah gw yang ke-20, something bad (and monumental) happened. Tapi sekarang udah 5 tahun berlalu, alasan gw gak begitu menyukai ulang tahun sedikit less-emotional sih. Gw cuma ngerasa hari ultah ga banyak beda sama hari biasa aja. Yah palingan ada makan-makan, trus ga lupa juga untuk berdoa dan bersyukur dan berharap. Gw juga jaranggg banget ngucapin happy bday ke orang lain unless deket banget.

Tapi di tahun yang ke-25 ini, gw pikir, yaudahlah jangan negatif-negatif amat sama yang namanya bday. Kebetulan kali ini gw ngerayainnya dengan keluarga lengkap, dan pas di Singapore. Gw udah ngerencanain, kalo gw mo ngerayainnya sehari sebelom gw ultah, trus gw mo ke kinokuniya beli buku sbagai hadiah untuk diri sendiri, dan gw mo ke kasino untuk "main" dikit... hehe...

Dannnn... sapa juga yang menyangka kalau 2 hari gw di Singapore, kota sekaligus negara mungil ini diterpa bencana kabut asap yang sangat parah. I mean... bener-bener parah!!! Parah sampai udara bau kayu dibakar, parah sampai jarak pandang pendek banget, parah sampai kita ga berani keluar rumah dan buka jendela. Maka dari itu, buyarlah rencana ke kino. Rencana makan di Coca Suki-pun gagal... (gw ga jodoh banget makan di Coca.. dari dulu mau makan ga pernah jadi). Trus bokap gw yang memberanikan diri keluar rumah karena ada urusan, dititipin RV cupcake kesukaan gw, dan begitu sampe rumah, cupcakenya...... tumplek. :(

Yaaa... yaudah lah. Gw sih ga bete-bete amat. Cuma bosen aja terkurung di rumah. Akhirnya sehari sebelom bday, kita tetep hotpot-an di rumah. RVnya tetep dimakan tanpa difoto dulu.

Di hari H gw bday, PSI (indeks kualitas udara) itu mencapai angka 400, padahal lebih dari 200 itu udah gawat, dan di atas 300 itu hazardous. Cuma karena udah ga tahan di rumah, ditambah emang harus keluar, cabutlah kita semua ke MBS. Bokap dan rombongan tadinya mo ke Gardens by the Bay, gw ga mo ikut dan gw ke kasino sendirian. Sapa tau, lagi ulang tahun hokinya gede... haha...

Untuk actually bisa masuk ke kasinonya, kita harus ngelewatin 3 lapis sekuriti, 3-3nya liatin paspor kita. Yang pertama, ngeliatin gw berulang kali, karena mungkin gw keliatannya beda banget sama yang di foto (taon 2010). Gw ngejawabnya dengan becanda, "I lost weight la!" (padahal yang bener: I gained weight so lihai la!)  Lalu dia membiarkan gw lewat. Yang kedua, dia liat paspor gw lebih teliti lagi, trus discan. Dia juga ngeliat gw berulang kali, dan pas ngasih paspornya, dia bilang "Selamat ulang tahun!" (pake Bahasa Indonesia). Gw kaget dan langsung bilang "Thank you!". Trus yang ketiga, pas dia ngecek, ada 1 lagi yang kepo nimbrung. Nah yang kepo inilah yang bilang juga, "Happy birthday ah..." Gw seneng lagi... dan bilang, "Thank you! Wish me luck!" Dan diapun mendoakan, "Wish you all the best!"

Now let me tell you about my own "playing" rules. Gw main di kasino buat tujuan hiburan semata. I know, emang susah buat nahan napsu diri buat main terus, apalagi kalau kalah terus (menang terus juga sihh... tapi lebih penasaran kalo kalah terus). Karena menganggap ini sebagai hiburanlah, gw don't mind kalah-kalah dikit... haha... Anggep aja gw bayar tiket masuk. Toh kalo gw ikut ke GBTB juga harus bayar... Mending tu duit buat modal. Haha...

Jangan pikir gw main poker atau blackjack di meja yang keren gitu. Slain ga ngerti, gw juga ga ada duitnya. Itu minimum betnya gede banget. Gw mainnya... Da Xiao alias Sic Bo yang boleh nge-bet 5 dolar doang. Ya... entah ini bisa disebut "gambling" ga... Gw sih nyebutnya "main" aja... Haha... Ini 1-1nya game yang gw bisa di kasino beneran.

Cara mainnya gampang banget, yaitu 3 dadu dikocok. Trus lo dikasih pilihan nebak. Entah itu mo nebak gede (jumlah 3 dadu di atas 11) atau kecil, ganjil atau genap, trus muncul angka berapa, trus misalnya muncul 1 2 6... Semakin kecil probability-nya, semakin gede lo menang. Kalo lo cuma nge-bet di gede atau kecil aja, lo cuma dibayar 1x lipet. Misalnya lo bet 50 dolar, ya menangnya 50 dolar juga. Gichu.

Nah.... Pertama kali, gw tuker dulu tuh duit SGD yang warnanya biru satu lembar... Gw relain deh kalo ni duit abis bis... But, that's it... Gw mulai main sama yang bandarnya cewe. Pertama-tama gw lumayan wangi loh... menang trus. Trus, biasalah... mulai gegabah dan sedikit kalap. Sampe akhirnya chip di tangan gw udah abis... Dammit. Yaudah lah... selembar lagi... gapapalah... dua lembar yang biru, kalo kalah anggep hiburan.

Eh... Ga lama kemudian, abis juga chipnya!!! Udah muter-muter ke meja lain, coba nge-bet di berbagai angka, abis juga! Gw ngintip jem, masih lama sampe dinner time. Yaudah, tuker lagi selembar... Today is my birthday so I can do whatever I want.

Nah kali ini, rupanya gw sedikit beruntung. Perlahan-lahan, chip gw mulai banyak. Kalo udah banyak, gw tuker lagi sama chip yang lebih besar nilainya biar gw ga kewalahan megangnya dan biar gw ga kalap mainnya (karena gw cenderung sayang mecah duit gede). Ehhhh... untungnya, gw balik modal. Meski nge-betnya 5 dolar demi 5 dolar... Akhirnya pas gw memutuskan untuk udahan, gw untung lumayan banyak! Haha...

Ya ampun, gw cukup sering ke Singapur... Kenapa gw jarang ke kasino? Jujur aja, main Daxiao ini cukup nagih. Dan kalo bukan gw udah harus dinner, gw mungkin masih bisa lama di sana. Haha...

Then, kita makan sekeluarga. Gw pesen RV lagi yang slice. Nyanyi dikit, make a wish, tiup lilin, foto, makan. Trus cepet-cepet pulang, mandi, dan bersiap untuk terbang lagi ke Beijing.

Sesampainya di Changi lagi, ternyata baru tau kalo pesawatnya delay 3 jam. -_- Jadilah gw menulis blog ini. :D

Overall, hari ini cukup bermakna. Dan gw jadi semakin ga enggan lagi buat ke Singapur sering-sering. Haha!

xx

C

Tuesday, June 18, 2013

Even heroes have the right to bleed

Warning: May contain spoiler from "Man of Steel"

Gw bukan penggemar film superhero, tapi gw masih nonton sesekali, kebanyakan diajakin. Gw ga nonton The Avengers dan gw ga nonton Iron Man... I didn't have the chance. Padahal kalo gw pengen banget, gw pasti cari waktu bela-belain nonton. Kayak kali ini nonton Man of Steel. :) 

Sehari sebelom berangkat trip, gw sedikit memaksa bokap untuk nonton padahal dianya udah enggan. Diapun ketiduran saat adegan ledakan-ledakan heboh itu. But gw melek terus dan full konsen... (Ini sebuah achievement karena pas gw nonton FF6 dan Star Trek yang ga kalah heboh, gw ketiduran dan ga konsen). Dan diriku yang melankolis mentok ini, merasa terharu dan berkaca-kaca di depan-depannya.

Why? Karena Superman yang begitu kuat dan ganteng dan dari planet luar itu juga bisa bersedih dan putus asa. Orang sehebat itu, sesuper itu, sekuat itu, bisa "dikalahkan" oleh sesuatu yang ga kelihatan. Hal ini semakin membuktikan bahwa hal yang terpenting, hal yang terkuat di dunia ini adalah sesuatu yang ga nampak, ga berwujud, bahkan ga bisa dirasakan orang lain. Mungkin bahkan kekuatan itu ga nyata, hanya sebuah produk dari imajinasi kita. 

*lap air mata*

Sesampainya di rumah, gw langsung cari lagu Superman yang dinyanyiin Five for Fighting, gw google lyricnya, dan gw puter berulang-ulang. :) 

C

Sunday, June 16, 2013

Going home, (hopefully) a turning point

Beberapa hari lagi, gw akan balik ke Beijing. Gw akan di sana sekitar 10 hari-an. 5 hari pertama gw akan ikut tur (nanti diceritain), dan gw extend 5 hari lagi.

Des 2011, terakhir kalinya gw di Beijing, saat gw meninggalkan kota itu, gw bilang, "this is it". Gw ga akan ke Beijing lagi untuk waktu yang lamaaaa banget. Gw udah menerima kenyataan kalo gw bukan orang Beijing lagi, dan melanjutkan kehidupan gw di Jakarta. Setelah dari situ, ya gw nginget Beijing for the sake of nostalgia aja, ga pernah lagi ngerasa kangen yang berlebihan dan in denial kalo gw udah for good dari sana.

Lagipula semenjak gw tinggalkan Beijing, kayaknya koq Beijing makin parah. Polusinya semakin parah sampe orang Indo pun ga tahan (dulu jaman gw, para bule udah sering ngeluh soal polusi, tapi kita orang Indo masih ngerasa itu hal yang biasa...), dan yang paling bikin gak ngangenin adalah.... orang-orang yang mengisi hari-hari di Beijing udah pada for good juga satu per satu. Jadi, di Beijing memang hepi, tapi mau hepi-hepi sama siapa? Tinggal segelintir orang aja (yang mereka juga udah lumayan mencak-mencak ga betah).

Trus beberapa bulan yang lalu, bokap gw tiba-tiba bilang kalo ada temen baiknya yang punya 1 perusahaan mau ngadain tur insentif buat orang-orangnya ke... Beijing. Si om ini minta gw dan bokap ikut. Gw nanggepinnya cuma dengan "oh" aja dan sejujurnya agak males.... Singkat cerita, gw dan bokap tetep ikut. Kita bersama 20+ orang lain ga mau pusing, langsung beli tur dari Singapur dan serahkan pada travel. Tapi, konsekuensinya adalah... harus ikut semua pengaturan mereka, dan konon kalau mangkir, bakal didenda. Bwee... Tapi on the bright side, gw tinggal duduk di bis, nyantai, dan enjoy Beijing. Kita bakal ke tempat-tempat standar buat turis. Great Wall, Tiananmen, dll dll... Padahal pas gw dateng itu pas hari temen-temen gw wisuda dan di hari berikutnya, ada food fest di gereja. Huhu...

Gw excited ga? Jujur aja sekarang belom. Tapi gw mulai merasakan semakin hari semakin napsu. Gw udah bilang ke diri sendiri pokoknya jangan expect too much dan enjoy aja. Anggep aja refreshing.

Nah 5 hari yang extend itu yang rada bingung. Gw belum susun mau ke mana dan mau nemuin siapa aja. Harusnya sih ngepas lah ya... Gw bakal nginep di tempat Irene and Chang :) yang deket sama kampus lama. So nanti bakalan ada small tour ke old campus (katanya sih sekarang keren banget), nice dinner sama mereka dan Li Lei dan.... ketemu beberapa temen PDKB yang masih bertahan di BJ, mungkin ketemu temen ex-TRM, temen Indo outside PDKB, Marina my ex-roomie daaaan... entah siapa lagi. hehe..

Meski gw baru aja ngomong jangan expect too much, sebenernya gw punya harapan yang cukup besar.

Kebetulan, trip kali ini bertepatan dengan ulang tahun gw yang ke-25. Meski gw not a big fan of birthdays, tapi kayaknya kali ini perlu sedikit diberi perhatian karena adalah yang ke-25, seperempat abad. Ada 1 temen gw yang ngasih selamat ultah ke-25 ke temennya di Path, dia bilang, "let's beat the quarter life crisis!" Dan gw ngerasa Tuhan udah ngatur trip gw ke Beijing ini bertepatan dengan ultah gw. Perjalanan gw ke Beijing akan jadi closure sebuah chapter di perjuangan melawan QLC ini (bukan closure QLC seluruhnya for sure, masih panjaaaaaaaang....), I can feel it! Karena kemaren pas masih lagi galau-galaunya, gw ga bisa sedikitpun mikir yang bagus-bagus. Mikirin Beijing yang dulunya bisa berbunga-bunga, sekarang malah "apaan sih???" Dan whoaaa... ini parah banget loh buat seorang Cindy. But sekarang, gw udah bisa kyaaaa kyaaaa sendiri di dalam hati.

25 tahun di dunia ini. Masih ada berapa tahun lagi sampai garis finis?

All the best for myself.

C

Sunday, June 9, 2013

Mulai hobi nulis lagi :)

Hikmah dan silver lining dari quarter life crisis ini pelan-pelan mulai menampakkan dirinya. Salah satunya adalah gw jadi suka nulis lagi! Why? Karena gw gak enak hati sama orang-orang yang gw "sampahin" dengan complain dan gerutu-gerutu gw (meski ada orang yang gw tau sangat suportif terhadap gw dan mengaku tidak keberatan jadi "tempat sampah gw"), maka dari itu gw tumpahkan di dalam tulisan.

Beberapa tulisan terakhir di blog ini bernada tidak puas. Padahal, gw udah berusaha mengurangi nada itu sebisa gw, karena, blog ini gw tulis dan gw tujukan untuk diri gw sendiri di masa mendatang. Gw mo me-record sebanyak mungkin kejadian penting di hidup gw. The future me ingin diingatkan kalau gw pernah mengalami masa-masa sulit, tapi ga mau kasih too much details yang bisa preserve sakit hati itu! Lagipula, meski blog ini ditujukan untuk diri sendiri, blog ini bisa diakses oleh siapa saja. Meski gak ketawan siapa aja yang suka baca karena hampir ga pernah ada yang komen, yaaaaa lebih baik gak usah banyak orang tau prahara yang sedang gw adapi. Hehe... Lagian, gw yakin koq, biar gw cepet "move on", caranya adalah stop ngebahas tentang hal yang membuat kita galau! Dibahas aja ga boleh, apalagi diawetkan dalam bentuk blog!

Maka dari itu, gw coba alihkan diri dengan menulis sesuatu yang lebih abu-abu. Yang menggambarkan keabu-abuan hati gw tapi gak terlalu kabur dan gak terlalu obvious. Contohnya adalah post yang sebelom ini, di mana gw tersentuh sama adegan HIMYM yang menurut gw lagi pas sama keadaan gw. Kadang gw juga coba nulis sesuatu yang completely ga ada hubungannya, seperti tentang money problem itu. Tujuannya juga untuk mengalihkan pikiran gw dari sesuatu yang kurang menyenangkan.

Selain di blog ini, gw juga punya buku catatan yang gw tulis tangan. Buku itu punya tema sendiri, yaitu "buku tentang hal-hal yang gw syukuri". Jadi ceritanya, buku itu bisa lahir karena waktu itu gw lagi ngrasa sangat down dan gak ada orang di dunia nyata maupun dunia maya yang bisa diajak sharing. Gw tipe orang yang ga bisa pendam perasaan sendiri, gw harus mengeluarkannya dengan suatu cara. But again, menuliskan kegalauan gw berarti mengawetkan dan mengabadikannya. Maka, gw alihkan dengan menulis hal-hal yang gw syukuri. Dan puji Tuhan, it works! Pikiran gw jadi distracted dan gw malah preserve hal-hal yang patut disyukuri. Dan gw bersyukur gw awetkan semuanya dalam bentuk tulisan tangan alih-alih blog/tweet, karena ngeblog/ngetwit itu susah konsisten dan banyak disctraction. Hehe... Kebetulan juga ada buku kosong yang masih baru dan ukurannya pas :)

Gw juga banyak dibantu sama project gw sekarang yang lagi nerjemahin buku yang mempunyai standar Bahasa Indonesia yang teramat tinggi! Jadi gw kalo nulis sekarang mencoba lebih rapi, ga pake singkatan-singkatan, dan pake huruf kapital. Hehe... Gw juga dibantu sama banyaknya waktu luang gw yang membuat gw sering blogwalking ke sana ke mari. Dibandingkan dengan blog orang lain, blog ini sungguh cupu. Hehehe...

Satu hal yang disayangkan adalah, gw ga pinter ngatur blog ini. Blog ini ga gw kasih tags (pertama-tama sempet ada, tapi lama-lama gw males...). Tapi untungnya timelinenya jelas, jadi kalau gw mau tau apa yang terjadi di hidup gw pada tahun sekian, bisa cek di blog ini.

Fiuh! Feeling gw jauh lebih baik sekarang daripada tadi pas gw mulai ngetik kata pertama di entry yang ini! I guess writing can help me heal faster! =)

C

Friday, June 7, 2013

The Pit

Bagi yang ngikutin serial HIMYM, pasti udah tau episod ini. Jadi dikisahkan kalo si Robin kesel banget sama colleaguenya yang bernama Patrice dan si Ted kesel banget sama bekas dosennya yang bilang kalo dia gak akan pernah jadi arsitek sungguhan. Lalu Lily and Marshall (kalo gak salah) memberikan perumpamaan ini, yaitu pasti ada 1 orang di hidup kita yang pengen kita cemplungin ke dalam sumur, dan pasti ada orang yang ingin nyempungin kita ke dalam sumur mereka. Langsung Ted dan Robin punya mental image untuk menjebloskan si dosen dan si Patrice ke dalam sumur itu.

Lalu di kehidupan nyata, si Ted beneran nyamperin mantan dosennya itu sambil bawa gambar dan model gedung yang dia design yang akan jadi salah satu bentuk yang membentuk Manhattan's skyline. Tapi tetep aja, si dosen mencemooh Ted dan bilang kalo gedung rancangannya itu "hideous".

Untuk Robin sendiri, dia diberi kesempatan sama bosnya untuk memecat satu orang di kantornya. Lalu dia melihat ini sebagai kesempatan untuk memecat Patrice (karena si Patrice ini memang annoying dan ceritanya si Barney - cowo yang dicintain Robin - lagi pacaran sama dia). Patrice gak salah apa-apa (dan actually a super nice girl), tapi si Robin memperlakukannya semena-mena (lebih-lebih karena dia "jadian" sama Barney) dan akhirnya memecat Patrice. Robin tau kalau ini gak bener dan 1 detik setelah dia marah-marahin Patrice, dia peluk si Patrice dan gak jadi mecat dia.

Lalu muncul mental image lagi. Semua akhirnya sadar kalau sebenarnya yang di dasar sumur itu adalah kita sendiri, dan kita dari mulut sumur ngeliat diri kita yang terjebak di sana. Jalan keluarnya? Diri kita yang di mulut sumur lempar tangga ke dasar sumur untuk menyelamatkan diri kita yang terjebak.

Boom!!!!!!

Life lesson from "How I Met Your Mother"

C

Friday, May 31, 2013

It's just me

Gak sampe 48 jam yang lalu  gw menulis blog dengan judul yang berlawanan dengan ini. Tapi ini isinya tidak kontradiktif koq... Mengapa? Here's why.

Karena gw adalah pemilik dan penguasa atas tubuh, pikiran dan hati gw sendiri (and God, of course... tapi, gw ga mau ngomongin hal yang religius di sini). Dan siapapun, hal apapun yang terjadi di LUAR tubuh gw, tidak bisa diandalkan dan dipercaya 100%. Not even your parents, your partner, your best friends, your relatives... ANYONE. Mereka bisa secara sengaja atau tidak sengaja mengecewakan diri gw. Don't get me wrong... orang tua gw sangat, sangat menyayangi gw. Tapi ada kalanya gw sebel sama mereka dan mereka marah sama gw toh?

Bagi orang yang pernah disakiti atau dikecewakan sama orang yang paling disayangin pasti tau rasanya. Jadi I assume, statement gw tadi di atas gak begitu susah ditangkep.

Next...

It's just me. Against myself.

Siapa orang yang paling bisa mengecewakan gw? Diri gw sendiri.
Siapa orang yang paling bisa bikin diri gw seneng? Diri gw sendiri.
Siapa musuh gw yang paling besar? Diri gw sendiri.
Siapa orang yang paling bisa dipercaya? Diri gw sendiri.
... and so on and so forth.

Saat lo mengalami krisis, kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri, benci terhadap diri sendiri, marah terhadap diri sendiri... saat itu jauh lebih menyedihkan daripada ketika orang lain marah, benci, dan kehilangan kepercayaan terhadap diri lo. 

Contoh yang gampang adalah soal "menjadi bos bagi diri sendiri". Jam kerja gw fleksibel. Gw mo bangun jam 11 siang dan tidur jam 2 subuh juga gapapa. Gw mo seharian ga mandi dan ga kerja juga gapapa. Dan seringkali, itulah yang terjadi! Hasrat untuk malas-malasan begitu besar. Tapi, kita harus mengalahkan diri sendiri!!! 

Begitu juga dengan keputusan-keputusan yang bisa mengubah hidup lo. Ini jauh, jauh lebih susah dipraktekin daripada diomongin! Saat pikiran-pikiran buruk muncul di kepala gw, gw selalu bilang ke diri sendiri, "I want choose to be happy" x 100. Tapi tetep aja, susah banget mengalahkan sisi jahat itu. Kalo di film-film bagaikan diri gw sendiri ada 2, yang 1 pake baju malaikat, 1 pake baju iblis, dan mereka berdua lagi main tarik tambang. 

Tapi, diri sendiri jugalah yang bisa bikin bahagia. Gw paling happy kalo bisa melakukan sesuatu yang gw banggakan. Kalo gw melakukan sesuatu achievement yang berarti. Let's say... gw abis nyenengin 1 orang. Itu gw super senengggg... I give myself a credit! 

Maka dari itu, yang paling gawat adalah kalau gw membohongi, meragukan, membenci, mengkhianati diri sendiri.... That's why, we have to stay positive! Orang bisa bilang lo berkali-kali "Cindy you're great!" dan lo tetep ga terhibur. Tapi ketika lo bilang ke diri sendiri kalo diri lo itu hebat, maka hal sekecil yang dilakukan orang lain akan menyenangkan! Let's defend ourselves with positive aura! Dengan "defense" yang hebat, maka orang lain juga susah menyakiti lo even mereka sengaja!

Wednesday, May 29, 2013

It's not about ME

Beberapa bulan lalu ketika lagi down-downnya, gw membeli sebuah buku rohani Kristen yang berjudul "It's not about me". Buku ini dikarang oleh seorang pendeta Amerika. Intinya dari buku itu... ya typical buku kristen lah. It's not about me, it's all about God.

Tapi yang mau gw bahas di sini adalah.... gw dan orang-orang lain.

Memang cuma ada satu Cindy Kusuma di dunia ini yang adalah diri gw sendiri. Tetapi, kalau dilihat dari sudut pandang orang lain, gw ini sama kayak kebanyakan orang seumuran gw. Yang bikin gw cukup terhibur ketika baca buku itu dan berpikir begini adalah: hey! gw bukan orang paling sial di dunia!

Ketika gw ngobrol sama temen cewe gw yang sekarang udah mendekati 30 (atau udah 30? pokoknya dia udah melewati tahap gw ini). Dia bilang: "gw ngerti banget perasaan lu Cin, saat itu pas gw ngerasa down, gw pengen semua orang tau kalo gw lagi menderita... alhasil hubungan gw sama adik2 gw sempet ga baik. tapi, itu semua akan lewat koq..."

Jleb... waktu dibilang gitu, gw ngerasa tertampar. Rasanya semua orang perlu tau kalo gw ini miserable. Meski kadang gw ga ngomong, tapi cukup keliatan dari muka gw. Terpampang jelas di muka gw: I'M HAVING A BAD TIME

Lalu gw sadar juga kalo sebenernya kebanyakan orang di usia gw lagi mengalami challenge yang sama! One day gw ngobrol sama temen baik jaman kuliah. Gw tanya kabarnya dia dan dia langsung bilang kalo dia lagi cari kerjaan baru dan "having a tough time". Langsung dari jarak ribuan kilometer, gw dalem ati ngerasa "I FEEL YOU SIS!" Gw bilang, "Me too!" Selain tujuannya juga memberitahu kalo gw sedih dan miserable... Gw mau kasih tau dia kalo dia gak sendirian. Dan pada jarak yang lebih dekat, ada seorang sahabat yang lebih muda umurnya setaon dari gw dan dia BARU MULAI merasakan hal ini.

Oh quarter life crisis, you're such a bitch.

Meski bukannya gw seneng temen2 gw juga lagi mengalami kesulitan hidup, gw somehow disadarkan bahwa: HEY... bukan gw doang yang lagi dikasih cobaan. bukan gw doang yang lagi "dipaksa jadi dewasa". bukan gw doang yang ngerasa hidup ini rasanya semuanya salah dan berantakan. Inilah yang menyadarkan gw untuk gak terus menerus meratapi nasib dan mengasihani diri sendiri. So, instead of crying about it, why not laugh about it? Gw berusaha selalu memberi perhatian khusus bagi orang-orang yang sedang mengalami hal yang sama (karena itu jugalah yang gw butuhkan).

We'll come out as winners.

C