Ocehan-ocehan saya :)

Monday, July 29, 2013

A Poem: Taman Bunga

Note: I wrote this back in 2011. 

Pendar lampu jalanan bagaikan payung besar dan transparan yang menyelimuti seluruh kota ini.
Aku lupa apa itu rasanya mencintai, tapi rasa sakit itu tidak pernah hilang.
Oleh sebab itu, aku menikmatinya, rasa sakit itu, dan aku mau lagi dan lagi.


Gelas yang pecah tidak bisa disambung.
Semua bagaikan guyonan basi yang diceritakan berulang-ulang dan menjadi sebuah mimpi buruk.
Tapi alam bawah sadarku ketagihan.
Aku mau dengar terus, bagaikan sebuah candu.


Siapa sangka jalan pulang begitu berbatu.
Biar di belakang bukanlah surga, dan di depan adalah taman bunga, aku ingin berjalan selambat mungkin.
Membiarkan batu-batu itu menusukku lebih dalam dan meninggalkan luka yang permanen.
Luka itu namanya kenangan.


Semua orang bilang benci.
Tapi sesungguhnya mereka semua hanyalah gengsi.
Aku mau biarkan luka itu menganga, tapi tak boleh membusuk.
Biarlah darah selalu mengalir, dan rasa sakit selalu ada untuk mengingatkanku akan keberadaannya. 

Sunday, July 21, 2013

Passion

Salah satu alasan gw ga demen motivator adalah... mereka terus ngomongin hal yang sama dan melebih-lebihkannya. Salah satu topik yang paling sering dibahas adalah passion. Teruuuus meneruuuuus diulang-ulang untuk mengejar passion. Mereka terus ngomongin ini tanpa ngebahas, apa sih passion itu? 

Mungkin pertanyaan basic ini jarang dilontarkan karena beberapa orang udah tau dengan jelas apa passion mereka. Misalnya, passion mereka adalah baking atau making money from selling apartments, atau passion mereka adalah jadi motivator/public speaker. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang ga punya keahlian khusus? Gw pernah tanya pertanyaan 'apa passion lo' ke forum grup whatsapp temen-temen baik gw, dan kebanyakan dari mereka gak bisa jawab, atau jawabnya ngaco sekalian. Ada yang bilang 'gw mau ongkang-ongkang kaki trus gak usah musingin soal duit' --> ini bukan passion. Mereka bahkan ga ngerti pertanyaannya. 

Gw? Gw juga saat itu ga tau... Tapi setelah gw baca bukunya Nick Vujicic (yang sampe sekarang belom selesai...), gw tau apa artinya passion dan gw tau passion gw apa. Dia bilang kalo passion adalah sesuatu yang lo bersedia kerjain tanpa dibayar. Passion-nya Nick adalah public speaking dan memotivasi orang. Dia bilang dia dulu sering ga dibayar untuk bicara di depan khalayak. Padahal, orang mau-mau aja bayar dia mahal untuk bisa jadi pembicara. 

Melalui definisi ini, gw tau kalo passion gw adalah... menulis. Gw ga bisa bilang kalau gw jago menulis, karena gw akuin tulisan gw masih banyak perlu diperbaiki. Belum ada orang yang mau bayar gw untuk tulisan gw, jadi gw masih belum merasa tulisan gw bagus. Haha... Tapi udah ada beberapa orang yang minta gw nulis karena mereka suka tulisan gw. Ini bahan bakar yang ampuh banget buat gw. Gw seneng banget kalau ada orang yang bilang mereka enjoy tulisan gw dan menyuruh gw untuk keep writing. 

Dan, yang bikin gw yakin kalau menulis adalah passion gw adalah... meskipun ga ada yang nyuruh, meskipun ga ada yang muji, meskipun ga ada yang komen, gw tetep suka nulis. Blog ini adalah buktinya. Gw ga tau seberapa banyak yang baca blog ini, blog ini hampir ga pernah ada yang komen, tapi gw tetep update regularly. 

Andaikan penulis itu seperti pelukis. Kalo pelukis lagi gila dan galau, kira-kira apa yang akan dilakukannya? Yes. Memandang ke kanvas putih, ambil cat, dan tumpahkan semua isi hatinya ke atas kanvas itu. Dia ga peduli hasilnya mau bagus atau jelek, berbentuk atau nggak, yang penting itu udah melampiaskan perasaan di hatinya. Sama halnya dengan penulis. Blog dan buku-buku catatan gw di rumah bagaikan kanvas gw. Kalo gw lagi mumet dan suntuk, gw buka salah satu media itu (blog atau buku-buku), dan gw tulis sesuka hati gw. Gw tulis ocehan, makian, racauan, dan apapun yang menggambarkan isi hati gw (although not literally), menjadi kata-kata yang terkadang abstrak, terkadang terstruktur. 

Misalnya sekarang ini. Gw ngerasa ada sesuatu yang mengganjal di hati, dan gw kepengen banget nulis. Tapi, seperti yang pernah gw tulis sebelumnya, gw ga mau nulis sesuatu yang terlalu galau. So, gw terpikirkan 1 keyword, "passion", dan mulai menulis tentang itu. 

That's also why, writing is not my talent or my profession. Gw bukan penulis profesional. Meskipun, gw kepengen one day ada yang hire gw untuk nulis sesuatu yang gw suka, gw belom ngusahain ke sana. Dulu gw pernah kerja sebagai penulis untuk sesuatu yang gw gak demen-demen amat. Ya, gitu deh hasilnya... Gw ga begitu bangga sama tulisan-tulisan gw yang itu :) Tulisan-tulisan yang gw banggakan ada di notes FB gw. 

Still, mimpi untuk bisa nerbitin buku masih ada. Itu salah satu yang ada di bucket list gw. Tentang apakah buku gw? Kapankah bisa kelar? Nobody knows, neither do I. =)

Keep writing Cin...

C

Friday, July 19, 2013

My Feeling After Finishing A Big Project

Closing a deal is one thing, finishing the task is another thing. Gw masih inget betapa excitednya gw ketika gw deal project ini sekitar 3 bulan yang lalu. Gw diberi waktu 3 bulan untuk menerjemahkan 1 buku yang tebelnya sekitar 300 halaman dari Mandarin ke Indonesia. Buku ini topiknya sangat berat, tentang spiritualitas dan banyak filosofinya yang sangat asing buat gw. Tapi untungnya, gw dikasih referensi terjemahan Bahasa Inggrisnya yang sangat, sangat membantu.

Pada awalnya, gw ngerjain buku ini sambil ngerjain project-project lain yang skalanya lebih kecil dari ini. Sebagai penerjemah newbie, ngerjain beberapa project sekaligus dan project yang diambil cukup "dalem" adalah sebuah tantangan. Gw coba-coba cara yang terbaik agar semua kerjaan beres sesuai dengan target (waktu dan kualitas). Saat gw ada 2 project, gw sempet ngerjainnya sehari satu project. Misalnya senin gw kerjain A, selasa gw kerjain B. Tapi gw ngerasa kayak gitu agak susah fokus dan "dapet" feelnya. Ketika baru "hot", udah harus pindah ke kerjaan lain. Maka, gw ganti caranya, yaitu jadi seminggu-seminggu. Cara ini terbukti lebih efektif, keliatan dari kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Trus pernah beberapa kali ada project ketiga yang nyelip di tengah-tengah. Saat itu, gw hold project A dan B untuk selesaiin project C ini. Ini baru ngomongin project-project terjemahan, belom kerjaan ngajar dan volunteer lainnya. Gw bener-bener belajar banyak soal ngatur waktu dan space otak.

Selama tiga bulan proses pengerjaan ini, ada masa di mana gw tiba-tiba pergi jalan-jalan selama 2 minggu dan gak nyentuh kerjaan sama sekali. Ada pula saatnya sampai 2 mingguan yang meskipun gw ada di rumah, tapi tetep gak nyentuh karena lagi "diselak" project lain atau kadang-kadang memang gak sempat aja. Gw sempet deg-degan, dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan deadline yang mengikat. Ketika 2 project lain itu sudah selesai, gw sementara ga lanjutin dulu, dan fokus sama project buku ini. Sehari gw kerjain sekitar 4-5 jam.

Pengerjaan gw kali ini cukup sistematis, runtut dari awal sampe akhir. Ketika gw terjemahkan kalimat yang paling terakhir dari buku ini, ketika gw ketikkan tanda '.' yang terakhir, rasanya di sekeliling gw para malaikat langsung nyanyi We Are The Champions. Kerja keras otak gw selama hampir 3 bulan akhirnya selesai juga!!! Senang dan bangga rasanya.

Eh tapi tunggu dulu. Selesai? Not quite. Justru bagian yang sulit baru saja datang. Gw harus baca ulang dari awal sampai akhir, mengecek konsistensi penggunaan bahasanya (misalnya "ia" dan "dia", pakai salah satu aja), trus edit kata-kata yang kurang pas, fill in the blanks (bagian yang gw ga ngerti blas biasanya gw tinggal dulu, inilah saatnya gw research lebih banyak buat isi kekosongan itu), samain formatnya, dll dll... Proses ini memakan waktu sekitar 1 minggu sendiri buat gw. Dan ketika udah selesai semua, rapi semua, gw e-mail ke sang penerbit tercinta. ^^ Saat ini, tugas gw boleh dibilang 95% selesai, karena 5%nya lagi ada kemungkinan mereka minta revisi beberapa bagian. But untuk sampai naskah gw dibaca mereka aja mungkin butuh waktu yang cukup lama. Meanwhile, gw cuma nunggu aja. :D

Sehabis gw kirim naskah itu ke sang penerbit, gw beres-beres buku-buku, fotocopy-an, dan kamus yang berserakan di meja kerja gw dan gw taruh di satu tumpukan di luar jarak pandang gw. Gw rapihin meja gw dari printilan yang ada selama 3 bulan dan tulis DONE pada kertas jadwal yang tertempel di cork board depan muka gw persis.

Saat itu, gw langsung napsu banget pengen "jual diri" lagi buat next project. Tapi, gw tarik napas, dan gw bilang ke diri sendiri untuk slow down. Ini saatnya gw evaluasi tentang semua project-project ini, bikin semacem kesimpulan, dan istirahat sejenak. Selama 2 mingguan ini, gw berencana untuk selesaiin utang-utang baca buku dan blog gw, ketemu temen-temen yang lagi liburan di Indo, dan nonton Bioskop. :D

Dan sesudah itu, semoga project-project kembali berdatangan. Amin...

C

Saturday, July 6, 2013

Apakah hidup itu roda? Atau jalan?

Salah satu nasihat paling klise ketika kita lagi suwe adalah... "Hidup ini bagaikan roda, kalau kamu sekarang lagi di bawah, berarti bentar lagi kamu di atas." Lucunya, ga pernah ada yang bilang begini kalau seseorang lagi di atas, "Wah kamu lagi di atas ya, awas loh, bentar lagi kamu di bawah...". 

People come and go. Some people come back, some people just go forever. Diri kita bagaikan hotel. Banyak orang yang selalu kembali ke hotel yang sama, namun ada pula orang yang urus check out, bayar, lalu ga pernah menginjakkan kaki ke hotel itu lagi. Sialnya, ada pula tamu hotel yang cabut begitu saja tanpa bayar, dan kita panik sendiri, wondering if that person will ever come back to pay. 

Biarlah, hidup tetap mengalir. Entah kamu berjalan dengan gagah atau tertatih.

So, how's Beijing?

Semua klise yang gw dengar itu benar adanya. Beijing udaranya jelek, Beijing sekarang gak seru, banyak orang ninggalin Beijing, dan... Beijing udah gak sama lagi.

Sangat sedih mengakuinya, tapi mau denial bagaimanapun, tetep ga bisa karena itu semua sudah sangat obvious. 

Tapi on top of that, Beijing tetep punya karakter yang ga akan bisa hilang sampai kapanpun. Gw tetep merasa "kenal banget" sama kota ini. Gw masih tetep bisa bilang "mau mata gw ditutup pun, gw tetep bisa jalan di Beijing ga pake nabrak". Karakter macam apa sih yang gw maksud? Gak tau, gak bisa dijelaskan dengan kata-kata... harus dirasain pake hati. 

Intinya, Beijing, the city I call home, is now so strange, yet so familiar. Begitu asing, namun begitu familiar.

Maybe I won't see you again, ever. I hope you see more clear blue skies!

C

Friday, June 21, 2013

Birthday Luck

First of all, gw bukan penggemar ulang tahun. Salah satu penyebabnya adalah, pada ultah gw yang ke-20, something bad (and monumental) happened. Tapi sekarang udah 5 tahun berlalu, alasan gw gak begitu menyukai ulang tahun sedikit less-emotional sih. Gw cuma ngerasa hari ultah ga banyak beda sama hari biasa aja. Yah palingan ada makan-makan, trus ga lupa juga untuk berdoa dan bersyukur dan berharap. Gw juga jaranggg banget ngucapin happy bday ke orang lain unless deket banget.

Tapi di tahun yang ke-25 ini, gw pikir, yaudahlah jangan negatif-negatif amat sama yang namanya bday. Kebetulan kali ini gw ngerayainnya dengan keluarga lengkap, dan pas di Singapore. Gw udah ngerencanain, kalo gw mo ngerayainnya sehari sebelom gw ultah, trus gw mo ke kinokuniya beli buku sbagai hadiah untuk diri sendiri, dan gw mo ke kasino untuk "main" dikit... hehe...

Dannnn... sapa juga yang menyangka kalau 2 hari gw di Singapore, kota sekaligus negara mungil ini diterpa bencana kabut asap yang sangat parah. I mean... bener-bener parah!!! Parah sampai udara bau kayu dibakar, parah sampai jarak pandang pendek banget, parah sampai kita ga berani keluar rumah dan buka jendela. Maka dari itu, buyarlah rencana ke kino. Rencana makan di Coca Suki-pun gagal... (gw ga jodoh banget makan di Coca.. dari dulu mau makan ga pernah jadi). Trus bokap gw yang memberanikan diri keluar rumah karena ada urusan, dititipin RV cupcake kesukaan gw, dan begitu sampe rumah, cupcakenya...... tumplek. :(

Yaaa... yaudah lah. Gw sih ga bete-bete amat. Cuma bosen aja terkurung di rumah. Akhirnya sehari sebelom bday, kita tetep hotpot-an di rumah. RVnya tetep dimakan tanpa difoto dulu.

Di hari H gw bday, PSI (indeks kualitas udara) itu mencapai angka 400, padahal lebih dari 200 itu udah gawat, dan di atas 300 itu hazardous. Cuma karena udah ga tahan di rumah, ditambah emang harus keluar, cabutlah kita semua ke MBS. Bokap dan rombongan tadinya mo ke Gardens by the Bay, gw ga mo ikut dan gw ke kasino sendirian. Sapa tau, lagi ulang tahun hokinya gede... haha...

Untuk actually bisa masuk ke kasinonya, kita harus ngelewatin 3 lapis sekuriti, 3-3nya liatin paspor kita. Yang pertama, ngeliatin gw berulang kali, karena mungkin gw keliatannya beda banget sama yang di foto (taon 2010). Gw ngejawabnya dengan becanda, "I lost weight la!" (padahal yang bener: I gained weight so lihai la!)  Lalu dia membiarkan gw lewat. Yang kedua, dia liat paspor gw lebih teliti lagi, trus discan. Dia juga ngeliat gw berulang kali, dan pas ngasih paspornya, dia bilang "Selamat ulang tahun!" (pake Bahasa Indonesia). Gw kaget dan langsung bilang "Thank you!". Trus yang ketiga, pas dia ngecek, ada 1 lagi yang kepo nimbrung. Nah yang kepo inilah yang bilang juga, "Happy birthday ah..." Gw seneng lagi... dan bilang, "Thank you! Wish me luck!" Dan diapun mendoakan, "Wish you all the best!"

Now let me tell you about my own "playing" rules. Gw main di kasino buat tujuan hiburan semata. I know, emang susah buat nahan napsu diri buat main terus, apalagi kalau kalah terus (menang terus juga sihh... tapi lebih penasaran kalo kalah terus). Karena menganggap ini sebagai hiburanlah, gw don't mind kalah-kalah dikit... haha... Anggep aja gw bayar tiket masuk. Toh kalo gw ikut ke GBTB juga harus bayar... Mending tu duit buat modal. Haha...

Jangan pikir gw main poker atau blackjack di meja yang keren gitu. Slain ga ngerti, gw juga ga ada duitnya. Itu minimum betnya gede banget. Gw mainnya... Da Xiao alias Sic Bo yang boleh nge-bet 5 dolar doang. Ya... entah ini bisa disebut "gambling" ga... Gw sih nyebutnya "main" aja... Haha... Ini 1-1nya game yang gw bisa di kasino beneran.

Cara mainnya gampang banget, yaitu 3 dadu dikocok. Trus lo dikasih pilihan nebak. Entah itu mo nebak gede (jumlah 3 dadu di atas 11) atau kecil, ganjil atau genap, trus muncul angka berapa, trus misalnya muncul 1 2 6... Semakin kecil probability-nya, semakin gede lo menang. Kalo lo cuma nge-bet di gede atau kecil aja, lo cuma dibayar 1x lipet. Misalnya lo bet 50 dolar, ya menangnya 50 dolar juga. Gichu.

Nah.... Pertama kali, gw tuker dulu tuh duit SGD yang warnanya biru satu lembar... Gw relain deh kalo ni duit abis bis... But, that's it... Gw mulai main sama yang bandarnya cewe. Pertama-tama gw lumayan wangi loh... menang trus. Trus, biasalah... mulai gegabah dan sedikit kalap. Sampe akhirnya chip di tangan gw udah abis... Dammit. Yaudah lah... selembar lagi... gapapalah... dua lembar yang biru, kalo kalah anggep hiburan.

Eh... Ga lama kemudian, abis juga chipnya!!! Udah muter-muter ke meja lain, coba nge-bet di berbagai angka, abis juga! Gw ngintip jem, masih lama sampe dinner time. Yaudah, tuker lagi selembar... Today is my birthday so I can do whatever I want.

Nah kali ini, rupanya gw sedikit beruntung. Perlahan-lahan, chip gw mulai banyak. Kalo udah banyak, gw tuker lagi sama chip yang lebih besar nilainya biar gw ga kewalahan megangnya dan biar gw ga kalap mainnya (karena gw cenderung sayang mecah duit gede). Ehhhh... untungnya, gw balik modal. Meski nge-betnya 5 dolar demi 5 dolar... Akhirnya pas gw memutuskan untuk udahan, gw untung lumayan banyak! Haha...

Ya ampun, gw cukup sering ke Singapur... Kenapa gw jarang ke kasino? Jujur aja, main Daxiao ini cukup nagih. Dan kalo bukan gw udah harus dinner, gw mungkin masih bisa lama di sana. Haha...

Then, kita makan sekeluarga. Gw pesen RV lagi yang slice. Nyanyi dikit, make a wish, tiup lilin, foto, makan. Trus cepet-cepet pulang, mandi, dan bersiap untuk terbang lagi ke Beijing.

Sesampainya di Changi lagi, ternyata baru tau kalo pesawatnya delay 3 jam. -_- Jadilah gw menulis blog ini. :D

Overall, hari ini cukup bermakna. Dan gw jadi semakin ga enggan lagi buat ke Singapur sering-sering. Haha!

xx

C

Tuesday, June 18, 2013

Even heroes have the right to bleed

Warning: May contain spoiler from "Man of Steel"

Gw bukan penggemar film superhero, tapi gw masih nonton sesekali, kebanyakan diajakin. Gw ga nonton The Avengers dan gw ga nonton Iron Man... I didn't have the chance. Padahal kalo gw pengen banget, gw pasti cari waktu bela-belain nonton. Kayak kali ini nonton Man of Steel. :) 

Sehari sebelom berangkat trip, gw sedikit memaksa bokap untuk nonton padahal dianya udah enggan. Diapun ketiduran saat adegan ledakan-ledakan heboh itu. But gw melek terus dan full konsen... (Ini sebuah achievement karena pas gw nonton FF6 dan Star Trek yang ga kalah heboh, gw ketiduran dan ga konsen). Dan diriku yang melankolis mentok ini, merasa terharu dan berkaca-kaca di depan-depannya.

Why? Karena Superman yang begitu kuat dan ganteng dan dari planet luar itu juga bisa bersedih dan putus asa. Orang sehebat itu, sesuper itu, sekuat itu, bisa "dikalahkan" oleh sesuatu yang ga kelihatan. Hal ini semakin membuktikan bahwa hal yang terpenting, hal yang terkuat di dunia ini adalah sesuatu yang ga nampak, ga berwujud, bahkan ga bisa dirasakan orang lain. Mungkin bahkan kekuatan itu ga nyata, hanya sebuah produk dari imajinasi kita. 

*lap air mata*

Sesampainya di rumah, gw langsung cari lagu Superman yang dinyanyiin Five for Fighting, gw google lyricnya, dan gw puter berulang-ulang. :) 

C

Sunday, June 16, 2013

Going home, (hopefully) a turning point

Beberapa hari lagi, gw akan balik ke Beijing. Gw akan di sana sekitar 10 hari-an. 5 hari pertama gw akan ikut tur (nanti diceritain), dan gw extend 5 hari lagi.

Des 2011, terakhir kalinya gw di Beijing, saat gw meninggalkan kota itu, gw bilang, "this is it". Gw ga akan ke Beijing lagi untuk waktu yang lamaaaa banget. Gw udah menerima kenyataan kalo gw bukan orang Beijing lagi, dan melanjutkan kehidupan gw di Jakarta. Setelah dari situ, ya gw nginget Beijing for the sake of nostalgia aja, ga pernah lagi ngerasa kangen yang berlebihan dan in denial kalo gw udah for good dari sana.

Lagipula semenjak gw tinggalkan Beijing, kayaknya koq Beijing makin parah. Polusinya semakin parah sampe orang Indo pun ga tahan (dulu jaman gw, para bule udah sering ngeluh soal polusi, tapi kita orang Indo masih ngerasa itu hal yang biasa...), dan yang paling bikin gak ngangenin adalah.... orang-orang yang mengisi hari-hari di Beijing udah pada for good juga satu per satu. Jadi, di Beijing memang hepi, tapi mau hepi-hepi sama siapa? Tinggal segelintir orang aja (yang mereka juga udah lumayan mencak-mencak ga betah).

Trus beberapa bulan yang lalu, bokap gw tiba-tiba bilang kalo ada temen baiknya yang punya 1 perusahaan mau ngadain tur insentif buat orang-orangnya ke... Beijing. Si om ini minta gw dan bokap ikut. Gw nanggepinnya cuma dengan "oh" aja dan sejujurnya agak males.... Singkat cerita, gw dan bokap tetep ikut. Kita bersama 20+ orang lain ga mau pusing, langsung beli tur dari Singapur dan serahkan pada travel. Tapi, konsekuensinya adalah... harus ikut semua pengaturan mereka, dan konon kalau mangkir, bakal didenda. Bwee... Tapi on the bright side, gw tinggal duduk di bis, nyantai, dan enjoy Beijing. Kita bakal ke tempat-tempat standar buat turis. Great Wall, Tiananmen, dll dll... Padahal pas gw dateng itu pas hari temen-temen gw wisuda dan di hari berikutnya, ada food fest di gereja. Huhu...

Gw excited ga? Jujur aja sekarang belom. Tapi gw mulai merasakan semakin hari semakin napsu. Gw udah bilang ke diri sendiri pokoknya jangan expect too much dan enjoy aja. Anggep aja refreshing.

Nah 5 hari yang extend itu yang rada bingung. Gw belum susun mau ke mana dan mau nemuin siapa aja. Harusnya sih ngepas lah ya... Gw bakal nginep di tempat Irene and Chang :) yang deket sama kampus lama. So nanti bakalan ada small tour ke old campus (katanya sih sekarang keren banget), nice dinner sama mereka dan Li Lei dan.... ketemu beberapa temen PDKB yang masih bertahan di BJ, mungkin ketemu temen ex-TRM, temen Indo outside PDKB, Marina my ex-roomie daaaan... entah siapa lagi. hehe..

Meski gw baru aja ngomong jangan expect too much, sebenernya gw punya harapan yang cukup besar.

Kebetulan, trip kali ini bertepatan dengan ulang tahun gw yang ke-25. Meski gw not a big fan of birthdays, tapi kayaknya kali ini perlu sedikit diberi perhatian karena adalah yang ke-25, seperempat abad. Ada 1 temen gw yang ngasih selamat ultah ke-25 ke temennya di Path, dia bilang, "let's beat the quarter life crisis!" Dan gw ngerasa Tuhan udah ngatur trip gw ke Beijing ini bertepatan dengan ultah gw. Perjalanan gw ke Beijing akan jadi closure sebuah chapter di perjuangan melawan QLC ini (bukan closure QLC seluruhnya for sure, masih panjaaaaaaaang....), I can feel it! Karena kemaren pas masih lagi galau-galaunya, gw ga bisa sedikitpun mikir yang bagus-bagus. Mikirin Beijing yang dulunya bisa berbunga-bunga, sekarang malah "apaan sih???" Dan whoaaa... ini parah banget loh buat seorang Cindy. But sekarang, gw udah bisa kyaaaa kyaaaa sendiri di dalam hati.

25 tahun di dunia ini. Masih ada berapa tahun lagi sampai garis finis?

All the best for myself.

C