Salah satu nasihat paling klise ketika kita lagi suwe adalah... "Hidup ini bagaikan roda, kalau kamu sekarang lagi di bawah, berarti bentar lagi kamu di atas." Lucunya, ga pernah ada yang bilang begini kalau seseorang lagi di atas, "Wah kamu lagi di atas ya, awas loh, bentar lagi kamu di bawah...".
People come and go. Some people come back, some people just go forever. Diri kita bagaikan hotel. Banyak orang yang selalu kembali ke hotel yang sama, namun ada pula orang yang urus check out, bayar, lalu ga pernah menginjakkan kaki ke hotel itu lagi. Sialnya, ada pula tamu hotel yang cabut begitu saja tanpa bayar, dan kita panik sendiri, wondering if that person will ever come back to pay.
Biarlah, hidup tetap mengalir. Entah kamu berjalan dengan gagah atau tertatih.
So, how's Beijing?
Semua klise yang gw dengar itu benar adanya. Beijing udaranya jelek, Beijing sekarang gak seru, banyak orang ninggalin Beijing, dan... Beijing udah gak sama lagi.
Sangat sedih mengakuinya, tapi mau denial bagaimanapun, tetep ga bisa karena itu semua sudah sangat obvious.
Tapi on top of that, Beijing tetep punya karakter yang ga akan bisa hilang sampai kapanpun. Gw tetep merasa "kenal banget" sama kota ini. Gw masih tetep bisa bilang "mau mata gw ditutup pun, gw tetep bisa jalan di Beijing ga pake nabrak". Karakter macam apa sih yang gw maksud? Gak tau, gak bisa dijelaskan dengan kata-kata... harus dirasain pake hati.
Intinya, Beijing, the city I call home, is now so strange, yet so familiar. Begitu asing, namun begitu familiar.
Maybe I won't see you again, ever. I hope you see more clear blue skies!
C
0 comments:
Post a Comment