Ocehan-ocehan saya :)

Wednesday, November 6, 2013

The only person I need to prove myself to, is myself

Tanpa gw sadari, gw suka over-promise. Why? Karena gw suka denger orang-orang over-promise, because I'm like Marshall Eriksen, I believe in people. Gw ga suka kalau gw minta sesuatu yang wajar (I never demand impossible things), orang yang gw anggap mampu cuma bisa kasih gw jawaban, "I can't promise, we'll see." Gw prefer orang jawab gw, "I will try my best to make it happen". Meskipun pesan yang tersirat dari dua jawaban itu mirip, gw gak suka yang pertama karena gw dijawab dengan kalimat negatif. Dan "we'll see" mengandung unsur kepasrahan kepada alam semesta instead of memadukan usaha sendiri + kemurahan alam semesta. Sedangkan yang kedua, ada pake kata "best", itu kata superlative. Tidak ada yang lebih baik dari "best" (bestest is not a word). Dan dia lakukan yang terbaik hanya untuk "make it happen". Dia tidak janji bisa sukses, tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa terjadi.

Contoh, mobil tua lo mogok dan lo ke bengkel, lo ga berharap mobil itu bisa ngebut lagi, lo cuma berharap mobil itu bisa jalan lagi sewajarnya. Ada 2 kemungkinan jawaban dari montirnya:
1. "I can't promise, we'll see"
lalu mobil lo beneran gak bisa jalan lagi. Apa yang akan dikatakan si montir? "As I told you before, I can't promise anything." Ato dalam arti lain: itu derita lo.
2. "I will try my best to make it happen."
lalu mobil lo beneran gak bisa jalan lagi. Apa yang akan dikatakan si montir? "I already tried my best but it just didn't work out".

Sebagai pemilik mobil, bagaimana perasaan lo? Udah sedih mobil rusak, jawaban apa yang lo harapkan? Jawaban itu gak harus benar, tapi harus tepat.

Nah, karena gw gak suka digituin orang, makanya gw gak mau gituin orang. Tapi hal ini emang juga butuh kelihaian. I don't want to make the 2nd answer as my "template" answer because sometimes I don't try my best. 

Gw juga terinspirasi sama Jim Carrey di film Yes Man, di mana kalau kita katakan "yes" pada banyak hal, kita akan menemui banyak hal-hal tak terduga. Tapi sayangnya, hal-hal tak terduga itu bisa baik bisa buruk, dan most of the time, buruk.

So what do I do? Instead of milih-milih siapa yang gw harus kasih jawaban pertama dan kedua, gw lebih pilih menjawab dengan nomer 2 terus dan try my best in every single thing I do.

Caranya melakukan itu, pertama-tama, adalah tidak bersikap perhitungan dan mempunyai pemikiran "the only person I need to prove myself to, is myself". I did that yesterday, and I'm proud.

Ini masih ada hubungannya dengan tulisan gw sebelumnya tentang manajemen sekolah yang kacau.

Gw sadar kalau peraturan sekolah gak bisa diubah dan alih-alih curhat mulu sama murid (jadi terkesan ga profesional), mending bikin mereka tambah sayang sama gw. Gw pun tanya ke diri sendiri, sampe gw ikut kelas orang lain biar gw bisa examine gurunya, "kalau gw itu seorang murid, gw pengen guru gw kayak gimana?"

Gw bukan orang yang suka dandan, tapi gw berpakaian sesuai dengan peran gw. Kalau gw ngajar, biasanya gw pake celana jins panjang dan polo shirt tanpa make up. Nah kemarin, karena gw banyak waktu + gw jarang ketemu murid-murid gw + gw mo terlihat bagus dan segar, gw blow rambut, make up, pake heels, pake kemeja. Gw juga dateng pagian biar gak grabak grubuk.

Efek pertama yang dirasakan, gw jadi lebih percaya diri dan santai. Murid-murid ngeliat gw juga jadi senyum sambil ngeledek, "Laoshi potong rambut ya? Laoshi koq hari ini make up?" Laoshi koq hari ini pake heels?"

Cara kedua mengambil hati mereka adalah, prepare the lesson! Seperti yang gw pernah ceritain sebelumnya, di sini susah kalo mau prepare, karena level murid-murid beda. Gw juga menyadari kalau kemarin-kemarin gw terlalu cepet ngajarinnya jadi gak ada yang nyantol di otak mereka. So, instead of jebretin 1 bacaan panjang, mending 1 bagian aja dan diulang-ulang terus dan paksa mereka untuk latihan.

Efek keduanya, mereka jadi "terpaksa" ngomong. Mungkin ada dari mereka yang belum terbiasa pake cara ini, jadi kagok banget. Tapi mulai dari sekarang, itu akan jadi style gw. Hasilnya? Pelajaran gw molor... Dulu gw susah banget untuk mimpin kelas 50 menit. Di menit ke 45, gw bubarin tuh kelas, istirahat harusnya 15 menit bisa molor sampe 20 menit. Tapi skrg, gw malah 60 menit ga bubar-bubar, dan break 10 menit aja untuk minum dan ke toilet, lalu lanjut lagi.

Efek keseluruhannya? Murid gw setia ngikutin dan gw yakin mereka lebih banyak yang nyantol. Kelas yang biasanya 2-3 orang, kemarin bisa ada 8 orang.

Efek keduanya, ngajar model gini 5 jam jebret, cape. Hehe...

But I don't mind cape, selama itu cape fisik, bukan cape ati. Masa-masa cape ati gw udah lewat, dan gw sekarang ada pada tahap "menyenangkan diri sendiri". Beneran loh, melakukan sesuatu dengan penuh passion dan penuh kasih itu ngasih efek yang luar biasa. I'm not trying to prove to the school that I'm worth it because they're going to kick me out anyway, and I'm not trying to deliver the message "you're going to miss me when I'm gone", but I'm trying to prove to myself that, "Hey, this is your passion", "this is what you're going to get if you do things with love and passion". I prove myself right. I used to be my own worst enemy, tapi sekarang kita lagi temenan dan kompak... Hehe...

We are the champion!

C

0 comments: