Gw gak suka beli sesuatu
yang “gak kelihatan barangnya”, apalagi kalau barang yang tidak kelihatan itu
nilainya akan menurun atau hilang sama sekali. Yap, asuransi kesehatan itu
kalau gak dipake, bakalan cuma berasa berat bayarnya doang. Lah, tapi masa
asuransi ngarep dipake? Justru jangan sampe sakit dong… Maka dari itulah, gw
bingung sebingung-bingungnya waktu milih asuransi kesehatan. Apalagi gw
termasuk orang yang jarang sakit. Seumur hidup gw 25 tahun ini, belum pernah
sekalipun gw dirawat di RS (amit-amit).
Despite all the confusion, gw tetep merasa harus beli. Ada 1
hal lagi yang mentrigger keputusan ini, yaitu dirawatnya my sister di rumah
sakit. Dia bisa dirawat di kamar VIP dan dicover hampir semua biayanya, karena
sistemnya as charged. Gw pengen cari tau produk tersebut, tapi sayangnya produk
itu gak available di Indonesia. Maka, dimulailah riset mendalam gw mengenai
dunia asuransi dan meeting intensif bersama para agen asuransi dari perusahaan
berbeda.
Pertama, para perencana keuangan cenderung anti sama yang
namanya unitlink, karena prinsipnya asuransi dan investasi harus dipisah. I
guess para agen udah sadar sama prinsip ini, terutama bagi yang melek internet,
dan mulai men-twist istilah ini. Ada yang pake kata “nabung”, atau bahkan ada
yang ga nyebut sama sekali kalau ini unitlink. Gw mikir, kenapa sih koq anti
banget? Kalau produk itu sama sekali ga ada manfaatnya, ga mungkin sekarang
mayoritas perusahaan asuransi menawarkan produk itu.
Gw pun mempelajari polis nyokap gw yang udah berjalan 8 tahun
dari perusahaan asuransi yang inisialnya P. Saat itu, dia beli tanpa mengenal
produknya. Dia gak tahu dia bakal dicover apa aja, harus bayar sampe kapan,
dicover sampe kapan, dll dll… Yang gw tau, dia sering ngeluh kalau dia udah
bayar sekian, tapi tiap bulan dikirimin statementnya, nilainya cuma separuh
dari apa yang udah dia setorkan (dan dia gak ngerti duitnya kemana, angka
segitu dari mana dll). Temennya yang ikut bareng dia pernah kena kecelakaan
kecil dan masuk RS, tapi dicovernya cuma kecil banget. That’s why dia agak
nyesel.
Trus gw dengan pengetahuan terbatas, korek-korek polisnya
nyokap dan ilustrasi yang dibikinin agennya sebelom dia join. Ya ampun,
ternyata coveragenya nyokap gw nggak banget. Gw cocokin sama statement-nya yang
terakhir dan akhirnya gw tahu nilai itu dari mana.
Jadi gini nih, kalau kita lagi dipresentasiin sama agen, kita
dikasih ilustrasi berlembar-lembar, trus ada 1 tabel yang isinya angka semua,
dan ada kolom yang tulisannya “rendah, sedang, tinggi”. Si agen pasti akan
nunjuk ke kolom “tinggi”. Itu adalah nilai yang akan kita dapat KALAU return
investasi unitlinknya tinggi, which is 15-17% (padahal nilai ini gak
tinggi-tinggi amat loh)
Okelah, investasi mau unitlink atau reksadana ga bisa dilihat
dalam 1-2 tahun saja. Tapi, nyokap gw udah setor selama 8 tahun, dan ternyata
performanya selama 8 tahun ini cuma di angka sedang (sekitar 10%). Which means,
kalau kinerjanya ini unitlink gak meningkat, asuransi nyokap gw akan lapse
(berhenti) dan asuransinya akan tutup. Wek wew… Padahal, kalau reksadana yang
bagus dalam 8 tahun harusnya udah kasih return di atas 300%.
INILAH YANG MENYEBABKAN BANYAK ORANG ANTI SAMA UNITLINK.
Tapi setelah ngomong sama beberapa agen (yang super pro
unitlink dan hampir ga pernah jualan asuransi murni tanpa embel-embel
investasi), gw memutuskan untuk tetap ambil unitlink. Bukan karena gw kemakan
bujuk rayu sang agen, tapi karena gw dengan penuh kesadaran mengerti manfaat
dan resikonya unitlink.
(...bersambung)
0 comments:
Post a Comment