Banyak buku tentang investasi/kewirausahaan/financial freedom beredar belakangan ini, dan gw baca beberapa darinya. Penulis-penulisnya punya latar belakang yang berbeda-beda satu sama lain, tapi pasti ada benang merah yang bisa ditarik dari semua itu, sampai-sampai kesannya "koq buku beginian isinya sama semua yah?"
But I keep reading. Selain karena gw lagi punya banyak waktu, gw pengen membuat seolah-olah ada orang yang terus ngoceh-ngocehin gw sampe gw gak tahan dan akhirnya harus melakukan itu. Haha... Sekarang sih, belum sampe pada tahap itu, tapi doain segera yah ^^
Ceritanya hari Jumat lalu gw ketemuan sama 2 temen Beijing gw. Yang 1, namanya M, hampir lulus S2, dan seperti kebanyakan orang Indo yang tinggal di Beijing, dia bingung harus for good atau stay di Beijing setelah lulus. Pertanyaan berikutnya, kalau for good, mau ngapain? Kerja di perusahaan atau nerusin usaha bokap yang udah established?
Yang kedua, namanya B. Dia lulus tahun 2011, dan selama 2 tahun ini, dia kerja di 2 perusahaan China yang berbeda, tapi 2-2nya udah berskala internasional. Tahun ini dia quit dari keduanya dan bantuin usaha bokapnya.
Yang ketiga, namanya C (okay that's me). Gw lulus tahun 2010, kerja di Beijing 1 tahun, trus kerja di Indonesia sekitar 1 tahun, dan sekarang gw take off dan "kerja sendiri" (freelancing is the right word, though some people flatter me by calling me an "entrepreneur" or "businesswoman". I'm not (yet)).
Gw dan B serupa tapi tak sama. Kerja dulu buat orang lain selama 2 tahun dan akhirnya jalan sendiri. Kita berdua punya kesimpulan kalau "eventually lo akan bisnis sendiri/lanjutin usaha bokap." Nah sekarang pertanyaannya M, "kalau eventually akan begitu, mending mulai sekarang atau kayak kalian dulu, 2 tahun buang waktu kerja sama orang baru bantuin bokap?"
Pertanyaan itu langsung di-counter sama B, "Siapa bilang gw buang waktu? Gw gak nyesel kerja 2 tahun dulu. Meskipun sengsara, tapi itu bener-bener pengalaman berharga." Klise yah? Menurut gw sih gak klise sama sekali, karena cerita B 2 tahun pertama itu bener-bener seru. Di China, dia masuk salah satu perusahaan elektronik terbesar di sana. Anak-anak baru di sana "diplonco" secara fisik dan mental. Dia ngerasain yang namanya tinggal di asrama bobrok, ikut latihan militer, jualan mesin susu kacang di Suning (toko semacam Best Denki kalau di sini). Padahal di sini, dia tinggal di perumahan elit, bokapnya pengusaha, mobil bagus berjejer di rumahnya. Trus gw tanya sama dia, "Nyesel gak?" Dan dia jawab, "Saat itu sih bener-bener ngerasa menyedihkan, tapi sekarang gw ngerasa itu pengalaman berharga."
Well, sama! Gw suka banget first job gw. Bahkan si M bilang, "Iya Cin, lo oke banget di sana."
Nah sekarang fast forward ke 2 tahun setelah kita bilang "I do" ke first job kita, kita (gw dan B) tinggalin kerjaan kantoran kita dan milih jalan yang kayaknya akan kita tempuh for the rest of our lives. Kalau B bilangnya, bantuin bokapnya bukan masalah bersedia atau nggak, tapi itu emang sesuatu he can't say no to. "Masak usaha bokap gw yang udah dirintis bertahun-tahun dari 0 mau dibiarin tutup karena gw gak mau lanjutin?" Si M ngangguk-ngangguk. Gw juga aminin si B.
Si M juga minta pencerahan dari gw, tapi gw bilang, "Sebenernya kondisi gw gak sama dengan B. Gw bukan bisnis sekarang, bokap gw juga gak punya bisnis yang akan diwarisin ke gw, tapi... gw sekarang (atau setidaknya dalam waktu dekat), harus buka bisnis sendiri, atau nggak gw akan stuck begini-begini terus."
Yup, gw gak mau selamanya keliling Sunter-Kelapa Gading ngelesin anak-anak SD terus. Gw gak mau diem terus nunggu ada temen ngenalin job. Gw mau orang-orang bisa akses sama service yang gw kasih dan mereka bisa menggapai gw. Gw mau mewujudkan salah satu impian gw: hire an assistant, or maybe hire a team.
Tapi yaaa... gak semudah itu. Sebenernya 2 tahun itu nggak cukup, jadi gw masih harus banyak baca buku, banyak eksperimen, banyak tanya-tanya orang... I guess, ini bisa jadi target gw tahun 2014? Doakan saja...
C
0 comments:
Post a Comment