“Wah lo suka
Sheila on 7 juga?” Tanya Hans pada Adele di whatsapp, 5 menit setelah Adele
menge-post “Listening to: Mari Bercinta – Sheila on 7” di Path-nya.
Tidak sampai satu
menit kemudian, Adele membalas, “Emangnya ada yang nggak suka sama mereka ya?”
Ditutup dengan emoticon senyum dan pipi memerah.
“Hehe… Semua suka
sih, tapi kebanyakan mereka tahu lagu-lagu macam ‘Buat Aku Tersenyum’, ‘Seberapa
Pantas’, gitu-gitu. Gak banyak yang tahu ‘Mari Bercinta’.”
“Iyaaa… Gue suka
banget lagu itu, padahal gak begitu terkenal. Lagu-lagu lain di album 07 Des
itu juga enak-enak,” tanpa sadar, Adele mengetik di layar sentuhnya sambil
tersenyum. Persis sama dengan emoticon yang dia kirim barusan.
“Iya, setuju.
Album barunya juga bagus lho, udah denger belom?”
“Belom nih,
kemaren pengen beli, cuma gue nyicil beli yang lama-lama dulu, takutnya bentar
lagi out of stock. Lagian lagu-lagu itu yang menemani gue dari masih culun di
SMP. Kenangannya membekas banget. Tapi gue rencana beli sih album barunya.
Artworknya bagus.”
Satu menit
kemudian, Hans Hendarto meng-update Path-nya “Listening to: Satu Langkah –
Sheila on 7” dengan liriknya di kolom komentarnya.
Telah kulakukan semua
Semua tuk mendekatimu
Telah kucoba segala
Cara tuk cari atensimu
Di setiap kata terucap
Kau ucapkan kepadaku
Ke mana kau ingin berjalan
Slalu berjalan di sisiku
Tapi masih ada satu
Langkah yang pasti engkau tunggu
Sampai datang saat itu
Kumpulkan semua keyakinanmu
Sayang coba lihatlah aku
Seluruh jiwaku dambakan kamu
When I say I love you
Please baby say you love me too
Sayang coba dengar bibirku
Seluruh jiwaku dambakan kamu
When I say I love you
Please baby say you love me too
Tinggal satu langkah~
Dan kurang dari dua
puluh empat jam kemudian, Adele menemukan satu kantong kertas coklat di samping
mesin espresso di Flinders. Di atasnya ada tertempel sebuah post it kuning yang
tertulis “Adele” dengan sebuah wajah senyum. Adele buru-buru membuka kantong
kertas itu dan menemukan sesuatu berwarna Biru Tiffany dengan artwork bunga
lili berwarna putih. Di atas bunga itu ada empat kupu-kupu berwarna oranye dan
tulisan “Sheila on 7 – Musim yang Baik”.
Mendadak
kupu-kupu itu berpindah ke perut Adele. Sambil menahan nafas, dia membuka
kemasan CD itu dan menemukan post-it lainnya yang bertuliskan “Siap-siap untuk
tanggal 2 Juni. Save the date. – H”
Buru-buru Adele
meraih ponsel di dalam tas jinjingnya. Sebelum Adele sempat mengetik apa pun,
pesan Hans sudah bertengger di layarnya sejak 10 menit yang lalu. “Bisa kan?”
Tanpa banyak
pidato ucapan terima kasih, Adele membalas, “Bisa banget.”
Adele tidak bisa
memungkiri, ada sesuatu dari Hans yang membuatnya mau meladeninya mengobrol
berjam-jam di whatsapp. Entah apakah itu sesuatu dari Hans, atau Adele hanya
kesepian dan butuh teman mengobrol saja. Awalnya semua begitu anyep, tapi
terima kasih pada Path dan Sheila on 7 yang sudah punya ratusan lagu dan
berkarya selama 19 tahun, mereka jadi banyak bahan obrolan.
Sejak pertama kali
kenal dengan Adele, Hans jelas punya agenda. Adele tahu betul. Adele bisa
merasakan semua effort Hans untuk mendapatkan hatinya. Namun, she just doesn’t get
it. Adele membuka hati, merespon ajakan-ajakan Hans. Jujur dia senang dan
terharu diberikan perhatian yang begitu manis dari Hans, tapi sayangnya, ada
satu zat kimia yang hilang. Gak ada chemistrynya.
Adele bukannya
PHP, dia sungguh mau belajar punya perasaan pada Hans, maka dari itu, dia
mengiyakan ketika Hans mengajaknya menonton show Sheila on 7 pada tanggal 2
Juni. Selain untuk belajar menyukai Hans, Adele pun semangat untuk bisa
menonton show dari band idolanya sejak masih remaja. Setiap hari Adele memutar
CD pemberian Hans. Di Flinders, di mobilnya, dan setiap malam sebelum dia
tidur. Adele ingin menghafalkan semua lagu di album itu sebelum tanggal 2 Juni
datang.
Adele sudah
membayangkan, di tengah kerumunan massa, dia dan Hans bersama menyanyikan “sampai
jumpa kawanku... smoga kita selalu... menjadi sebuah kisah klasik... untuk masa
depan...”. Kemudian mata mereka beradu, kemudian mereka terkekeh, dan kemudian
mereka jatuh cinta dan bahagia selamanya.
Bersambung… (kalau masih ada moodnya)
0 comments:
Post a Comment