Ocehan-ocehan saya :)

Sunday, January 6, 2013

Domba yang hilang cari jalan pulang

Udah lama ga mendapatkan pengalaman spiritual atau you may call it "Jesus Experience". Tapi ya namanya Tuhan, selalu bekerja dengan cara-cara yang ajaib, yang bisa bikin kita flabbergasted, awed, berkaca-kaca, bercucuran... dll...

Setelah melewati tahun 2012 yang menurut gw adalah my worst year (so far), gw menapaki tahun 2013 dengan penuh optimisme. Meski 2012 sucked, tapi gw ga pernah salahin Tuhan dengan berseru-seru macam: "Tuhan gak adil!!!", "Tuhan, di manakah Engkau??"... Tapi patut gw akui kalo memang 2012 itu gw sangat jauh dengan Tuhan, terutama ya sejak bekerja...

Lalu hari ini, gw disadarkan kalo Tuhan gak pernah ninggalin gw sama sekali. Dia menyadarkan gw melalui seorang pria bule tua gendut yang tak lain adalah Pastor Andreas.

Sedikit perkenalan, beliau ini adalah orang Spanyol yang dulu bertugas di Indonesia. Bahasa Indonesianya sangat baik untuk orang asing. Sejak beberapa tahun lalu, beliau dipindahtugaskan ke Istanbul, Turki. Namun beliau pasti pulang ke Indonesia setahun sekali untuk memperpanjang ijin tinggalnya di Indonesia, dan setiap kali beliau pulang, pasti beliau mempersembahkan misa di paroki kami, dan beliau selalu bawa cerita-cerita menarik selama tugasnya di Turki.

Hari ini adalah Hari Raya Penampakan Tuhan atau Epiphany, di mana bacaan injilnya adalah tiga orang raja/sarjana/majus dari timur yang mengunjungi Baby Jesus. Ini melambangkan bahwa Yesus hadir untuk semua bangsa, ga cuma bangsa Israel aja. (Orang2 dari Timur melambangkan semua bangsa dan gembala2 melambangkan orang Israel). Dalam khotbahnya, Pastor Andreas kira-kira menyampaikan seperti ini: (paraphrase dan ambil intinya saja)

"Terus terang, di Jakarta saya lebih senang. Di Turki, saya beberapa kali dicegat orang dan mau dipukul karena saya seorang pastor. Di sini umatnya banyak, dari wilayah yang sama... Sedangkan di sana, ada dari berbagai macam negara. Waktu saya mempersembahkan misa Natal tanggal 25 Des kemarin, saya melihat ada umat dari 50 bangsa yang berbeda menghadiri misa. Ketika mereka menyanyikan 'Bapa Kami', semuanya bergandengan tangan. Sungguh indah. 
Kalian pikir orang Afghanistan, Iran, Irak, dan negara-negara Arab lainnya tidak ada yang beragama Katolik? No! Ada murid saya orang Iran yang begitu pintar baca Alkitab. Mereka datang ke Turki sebagai turis karena tidak ada gereja di negara mereka. 
Sungguh ironis, di tanah suci tempat dulu murid-murid Yesus berkarya, di Turki, malah tidak ada yang beragama Katolik."

Di lain kesempatan, pastor pernah sharing bahwa di Jakarta, umat selalu mengetuk pintunya mengantarkan makanan. Di Turki, umat mengetuk pintunya untuk meminta makanan! Hehe...

Hal ini bikin gw teringat tentang struggle kita di Beijing juga. Bagaimana dulu kita mencari-cari tempat untuk persekutuan doa dan mengadakan misa. Bagaimana dulu kita pernah risau takut gak ada pemusik, takut gak ada tempat. Tapi... (gw sering banget ceritain hal ini ke orang-orang, dan hati gw selalu bergetar tiap ceritainnya), asal kita berserah, Tuhan pasti kasih cara. Sampe sekarang, I believe, tidak pernah sekalipun kita gak PD karena gak ada tempat ataupun gak ada pemusik. Meski kadang di tempat yang sempit dan kurang nyaman, meski musik cuma kecrek2 doang, semua orang tetap PD dengan penuh sukacita. Meski pas hari-hari besar kita punya tempat yang sangat terbatas dan dengan demikian perlu sedikit keribetan (mendaftar, kirim email, dsb), tapi itu semua berjalan dengan lancar tanpa ada kesulitan yang berarti.

Hati gw bergetar lagi waktu mengingat, kalo gw gak pernah ngerasa kecapean, marah, ataupun gak rela waktu ngerjain ini semua. Lalu gw berpikir lagi, ada beberapa hal lain (di luar komunitas gw itu) yang gw amat terpaksa, berat dan perhitungan kerjainnya. Feelnya bener2 beda.

Lalu kalau dari cerita pastor soal keadaan di Turki (dan Timur Tengah pada umumnya), gw jadi membandingkan dengan keadaan di Beijing. Memang di China tidak bisa sembarangan ngomongin/beraktivitas rohani, tapi I swear gak seserem yang diberitakan media koq. Kita di sana tetap berhati-hati. Dan Puji Tuhan, beda dengan orang-orang Turki, udah banyak orang China yang ikut Yesus.

Salah satu cerita favorit gw selain soal kerisauan anak2 PD yang gw ceritakan di atas adalah cerita soal 1 ibu-ibu di gereja Wangfujing.

Wangfujing adalah satu commercial street di Beijing yang paling ramai. Turis dari seluruh negri bahkan seluruh dunia pasti mengunjungi jalan itu kalau datang ke Beijing. Musim panas 2010, orang tua gw dateng untuk menghadiri wisuda gw. Gw ajak mereka jalan ke sana. Di bawah panggangan matahari, gw ajak mereka untuk beristirahat setelah cape jalan-jalan. Kebetulan, di ujung jalan yang penuh dengan mall dan toko, ada sebuah gereja. Kita bertiga masuk ke sana, dan disanalah berdiri seorang ayi, di tengah-tengah kursi umat, membelakangi altar.

Di hadapan ayi itu, kira-kira ada belasan orang yang kayaknya juga lagi ngadem atau istirahat. Semuanya orang China. Gw duduk di tengah-tengah mereka. Ayi itu mulai dengan antusiasnya menceritakan tentang Yesus. Yang gw inget, Ayi itu gak pake logat Beijing yang susah dimengerti itu, melainkan setiap kata-katanya jelas. Intinya, dia mengajak orang2 untuk percaya Yesus. Yang paling berkesan adalah, dia ngajarin orang2 itu untuk berdoa...

"Kalau kalian ada kesulitan, kalian berdoa saja. Kalian tidak tahu cara berdoa? Saya ajari. Caranya sangat mudah, yaitu begini... Dalam nama Bapa (tangan kanan di dahi), Putra (tangan di dada), dan Roh Kudus (tangan di pundak kiri), Amin (tangan di pundak kanan)." Ia melakukannya beberapa kali, dan beberapa peserta mengikutinya. Iapun melanjutkan, "Lakukanlah ini sebelum keluar rumah, sebelum tidur..." Lalu tak lama kemudian, crowd pun bubar.

Gw menganga. Barusan dapat pelajaran agama yang paling basic dari seorang stranger, di jalan teramai di negri Tiongkok, bersama dengan strangers lainnya. Dari belasan orang itu, entah ada berapa yang kemudian ikut Yesus. But gw yakin, Tuhan sendiri yang panggil mereka, dan memberkati mereka lewat ayi itu. Bagi mereka, mereka mungkin hanya random duduk2 di dalam gereja, tapi, Tuhan menjamah mereka. Hiii.. keren...

Berasa ketampar banget... Gw yang punya privilege untuk beribadah dan berdoa, malah jauh dari Tuhan. Susah bagi gw untuk ngembaliin kayak dulu lagi, tapi hati ini adem ketika mengetahui, Tuhan gak pernah ninggalin gw, dan Dia lagi manggil2 gw untuk kembali. Gwnya aja yang bebal, bodoh, dan diliputi setan. Semoga hubungan aku dan Dia bisa cepat kembali seperti sediakala. Sukur2 bisa bawa domba baru untuk percaya. Aminnnn

Cindy

0 comments: