Berikut adalah nukilan novel yang saya tulis beberapa minggu yang lalu. Sampai sekarang, naskah novel ini belum dipublikasikan secara komersil. Saya masih terus berdoa dan berusaha agar dapat. Semua karakter dan cerita di bawah ini fiksi, tapi terinspirasi oleh tokoh/kejadian nyata. Anda mungkin menemukan karakter si A mirip dengan si X, tapi bukan berarti si A adalah X. Meski demikian, perasaan dalam hati yang menggerakkan jari saya untuk menggubah cerita ini 100% asli.
Enjoy.
“Selama kita jadian, hal apa yang paling berkesan buat
kamu?” Tanya Adele pada Andra yang sedang bersandar pada bahunya.
“Hmmm... Apa yah? Banyak.” Andra males mikir.
“Iiiih... Apa dong? Pasti ada dong yang paling, paling
kamu suka,” Adele merajuk.
Andra memainkan rambut Adele yang kalah panjang dengan
rambutnya sambil berpikir keras.
“Oh aku tau,” Andra tiba-tiba duduk tegak. “Waktu kamu keukeuh
sama Dewi mau bikin panggung ini buat aku.”
Adele tersenyum bangga.
“Kalo kamu?” Andra bertanya balik.
“Hmmm... Apa yah? Banyak.” Adele menggodanya.
“Iiiih... Apa dong? Pasti ada dong yang paling, paling
kamu suka,” Andra mengeluarkan suara kecewek-cewekan.
“Kalo aku sih gak usah mikir lama. Aku udah tau apaan.
Bahkan kejadian itu aku ulang-ulang terus di kepala aku sampe aku sering
senyum-senyum sendiri.”
“Apa itu?”
Adele tersipu seperti anak umur 13 tahun. “Waktu kamu
bilang kamu bakal bawa aku balik ke Melbourne.”
Andra tertawa, “Iya, suatu hari nanti ya. Aku pasti bawa
kamu ke sana, sama Adelaide sekalian. Tapi jangan ditungguin terus, pokoknya
tau-tau surprise aja.”
“Awas kamu, nanti aku tagih.”
Adele melingkarkan lengannya di perut Andra. Seandainya
berbuat sama mudahnya dengan berkata-kata.
Because talk is cheap, but actions are priceless.
1 comments:
Kirain panjang. Mana lanjutannya ciii? Cepet publishin donggg bukunyaaaa :3
Post a Comment