To be honest, selama kurang lebih setengah tahun belakangan ini, gw sedikit obsessed sama yang namanya uang, tapi semoga masih dalam tahap kewajaran.
Kalau denger yang namanya "terobsesi sama uang", mungkin kesannya gw itu orang yang gila banget cari duitnya, kerja siang malam, dan cenderung menghalalkan segala cara buat dapetin uang sebanyak-banyaknya. Tapi kalo gw, lebih kayak "terobsesi mengatur uang (yang ga seberapa)". Ini adalah buah penyesalan karena ketika penghasilan gw dari 1st job gw di Beijing itu lumayan, I didn't manage it well, jadi uang itu gak dialokasikan dengan baik.
Kedua, gw terpengaruh sama PF (personal finance) bloggers, terutama PF bloggers luar. Gw jadi tau apa yang namanya itu frugal, budget, thrifty, dll... Yang semua intinya kurang lebih cerdik dalam memakai uang dan membebaskan diri dari jeratan hutang, baik itu hutang kartu kredit maupun student loan.
Yang ketiga, gw terpengaruh sama para penggila dunia finance. Saat gw masih kuliah, gw bingung kenapa orang bisa ngerti (let alone tertarik) sama yang namanya dunia finance maupun saham. Sekarang gw sih juga gak gila-gila amat, tapi gw mulai tertarik dan mulai belajar, hence mulai ngerti. Gw sendiri pun mulai menginvestasikan seiprit dari seiprit duit gw dan berharap memetik hasilnya dalam waktu dekat atau kelak nanti.
Selain mencemplungkan diri jadi investor (ceile), gw juga jadi punya cashflow yang sederhana namun rapi (dan bisa dipahami oleh diri gw sendiri). Ini semua karena selama gw kerja di Indonesia, gw ga pernah yang namanya bisa nabung. Gw menyangka karena lifestyle yang kurang sesuai sama pemasukan gw saat itu. Sekarang, puji Tuhan gw udah bisa menyetel lifestyle gw dan menaikkan pemasukan gw sekarang. Apalagi sekarang pemasukan gw gak tentu. Di bulan-bulan baik (meski belum pernah mencapai target gw), pemasukan gw bisa 2x lipat dibanding bulan-bulan jelek (biasanya bulan yang banyak liburnya). Kata perencana keuangan, seorang freelancer harus punya dana darurat sebesar 6 kali expense bulanannya. Heg... Ini semua untuk mengantisipasi bulan-bulan jelek itu.
Investasi udah, punya cashflow udah, menyetel lifestyle udah, menaikkan pemasukan juga udah.... Tapi, gw masih punya banyak PR. Gw belum punya asuransi kesehatan, gw belom bisa disiplin ngikutin budget dan nyatetin pemasukan dan pengeluaran sehari-hari, gw belom punya rumah (hehehe)...
Sekarang yang bisa gw lakukan adalah lebih menyeimbangkan spending, mana yang perlu dan mana yang butuh. 2 minggu lalu gw nonton Jay Chou dengan membayar tiket yang sangat mahal, tapi gw punya sepatu udah jelek banget gak beli-beli yang baru! Gw juga suka tiba-tiba "kalap" ngeluarin duit... Kayak gw yang biasanya isi bensin premium, bisa tiba-tiba melipir ke Shell dan beli V Power, tapi ada saatnya juga gw gak rela bayar parkir lebih mahal dikit... Ini dia PR gw satu lagi, yaitu menyeimbangkan hal-hal semacam ini. Karena yang terpenting itu bukan uang di dompet atau tabungan, melainkan peace of mind. Gw ga mau juga gara-gara bayar parkir kemahalan 4.000 trus ngegerundel berjam-jam. Ga mau juga kaki sakit karena pakai sepatu yang udah bapuk. Justru di sinilah uang gw harus dipakai dengan bijak.
Kalo rezeki (pemasukan) Tuhan yang atur, pengeluaran tetep manusia yang atur. Jangan Tuhan kasih 100, kita maunya spend 500. Salah sendiri itu.
Stay rich at your heart and always be grateful
C
Kalau denger yang namanya "terobsesi sama uang", mungkin kesannya gw itu orang yang gila banget cari duitnya, kerja siang malam, dan cenderung menghalalkan segala cara buat dapetin uang sebanyak-banyaknya. Tapi kalo gw, lebih kayak "terobsesi mengatur uang (yang ga seberapa)". Ini adalah buah penyesalan karena ketika penghasilan gw dari 1st job gw di Beijing itu lumayan, I didn't manage it well, jadi uang itu gak dialokasikan dengan baik.
Kedua, gw terpengaruh sama PF (personal finance) bloggers, terutama PF bloggers luar. Gw jadi tau apa yang namanya itu frugal, budget, thrifty, dll... Yang semua intinya kurang lebih cerdik dalam memakai uang dan membebaskan diri dari jeratan hutang, baik itu hutang kartu kredit maupun student loan.
Yang ketiga, gw terpengaruh sama para penggila dunia finance. Saat gw masih kuliah, gw bingung kenapa orang bisa ngerti (let alone tertarik) sama yang namanya dunia finance maupun saham. Sekarang gw sih juga gak gila-gila amat, tapi gw mulai tertarik dan mulai belajar, hence mulai ngerti. Gw sendiri pun mulai menginvestasikan seiprit dari seiprit duit gw dan berharap memetik hasilnya dalam waktu dekat atau kelak nanti.
Selain mencemplungkan diri jadi investor (ceile), gw juga jadi punya cashflow yang sederhana namun rapi (dan bisa dipahami oleh diri gw sendiri). Ini semua karena selama gw kerja di Indonesia, gw ga pernah yang namanya bisa nabung. Gw menyangka karena lifestyle yang kurang sesuai sama pemasukan gw saat itu. Sekarang, puji Tuhan gw udah bisa menyetel lifestyle gw dan menaikkan pemasukan gw sekarang. Apalagi sekarang pemasukan gw gak tentu. Di bulan-bulan baik (meski belum pernah mencapai target gw), pemasukan gw bisa 2x lipat dibanding bulan-bulan jelek (biasanya bulan yang banyak liburnya). Kata perencana keuangan, seorang freelancer harus punya dana darurat sebesar 6 kali expense bulanannya. Heg... Ini semua untuk mengantisipasi bulan-bulan jelek itu.
Investasi udah, punya cashflow udah, menyetel lifestyle udah, menaikkan pemasukan juga udah.... Tapi, gw masih punya banyak PR. Gw belum punya asuransi kesehatan, gw belom bisa disiplin ngikutin budget dan nyatetin pemasukan dan pengeluaran sehari-hari, gw belom punya rumah (hehehe)...
Sekarang yang bisa gw lakukan adalah lebih menyeimbangkan spending, mana yang perlu dan mana yang butuh. 2 minggu lalu gw nonton Jay Chou dengan membayar tiket yang sangat mahal, tapi gw punya sepatu udah jelek banget gak beli-beli yang baru! Gw juga suka tiba-tiba "kalap" ngeluarin duit... Kayak gw yang biasanya isi bensin premium, bisa tiba-tiba melipir ke Shell dan beli V Power, tapi ada saatnya juga gw gak rela bayar parkir lebih mahal dikit... Ini dia PR gw satu lagi, yaitu menyeimbangkan hal-hal semacam ini. Karena yang terpenting itu bukan uang di dompet atau tabungan, melainkan peace of mind. Gw ga mau juga gara-gara bayar parkir kemahalan 4.000 trus ngegerundel berjam-jam. Ga mau juga kaki sakit karena pakai sepatu yang udah bapuk. Justru di sinilah uang gw harus dipakai dengan bijak.
Kalo rezeki (pemasukan) Tuhan yang atur, pengeluaran tetep manusia yang atur. Jangan Tuhan kasih 100, kita maunya spend 500. Salah sendiri itu.
Stay rich at your heart and always be grateful
C