Cindy Kusuma
Marketing Executive in a Media Company
"Saya sangat beruntung," itulah kata-kata yang sering diucapkan Cindy ke teman-temannya ketika ia menceritakan kisah permulaan karirnya di Beijing. Kebanyakan temannya merasa terkesan dan terkadang memuji, tapi Cindy tetap yakin bahwa itu semua bukan karena ia hebat, tapi karena ia adalah orang yang muncul di saat yang tepat, ketika kesempatan itu terbuka.
Ia menyewa sebuah kamar di apartemen dua kamar yang terletak di daerah elit Beijing. Meski daerah elit, tapi apartemennya sudah kuno, sempit dan harga sewanya cukup mahal. Inilah satu-satunya hal yang disayangkan dari segala kecukupannya sekarang. Bukannya kurang bersyukur, tapi ia hanya ingin dapat menabung lebih banyak lagi.
Meski punya sebuah pekerjaan yang menyenangkan, fasilitas yang memadai, dan sangat mencintai kota Beijing, Cindy tidak berencana untuk tinggal selamanya di sini. Ia memimpikan suatu hari pulang ke tanah kelahirannya dengan membawa setumpuk uang untuk dikembangkan lagi.
Ia belum menentukan ladangnya, tapi yang jelas ia bermimpi untuk pensiun di usia 50 tahun dan bekerja amal melayani orang-orang yang kurang beruntung. Memang impian ini terkesan terlalu idealis dan sulit tercapai. Tapi toh tidak ada salahnya bermimpi.
Sekarang setiap hari ia bangun cukup siang, jam 8.30, lalu siap-siap dan berangkat kerja. Kalau tidak lembur, sampai rumah lagi jam 7 malam. Sesudah itu, ia kadang-kadang belajar masak, nonton serial TV, atau mengatur "pekerjaan sampingan"-nya, yaitu mengurus majalah Cabe Rawit. Di akhir minggu, ia menyibukkan dirinya dengan rapat Cabe Rawit, persekutuan doa dan misa, dan shopping maupun sekedar jalan-jalan.
Ia sangat puas dengan hidupnya yang sekarang dan tidak ada hentinya bersyukur atas semuanya.
Nggak bisa tidur
-
Hello world, tibalah kita ke masa lagi banyak pikiran gundah gulana nggak
tau harus cerita ke mana. So let’s curhat dan update disini supaya bisa
kita ke...
0 comments:
Post a Comment