Di tengah banjirnya kerjaan (thank God) dan deadline yang mencekik (yikes!), gue rasakan dorongan besar untuk menulis, dan gue tahu gue harus tunda semua yang ada dan nulis ini.
Gue ngefans sama Sheila on 7 sejak album kedua mereka yang keluar waktu gue SMP. Artis mana pun yang gue suka, pasti gue pengen nonton live performancenya. Tapi gue gak pernah khusus nyari, gak pernah ketemu orang yang punya keinginan yang sama. Singkat cerita, hari Sabtu kemarin akhirnya gue dan seseorang barengan nonton Sheila on 7 di pensinya Labschool. Mereka perform 1 jam dan bawain 10 lagu. Dari 10 lagu itu, yang gue hafal mati cuma J.A.P (paling pecah), Melompat Lebih Tinggi, Seberapa Pantas, Lapang Dada, Hari Bersamanya. Sisanya gue boleh dibilang gak pernah denger sama sekali. Di sana ketika ada satu lagu yang gue gak tahu, gue nikmatin aja lagunya, dengerin liriknya.
Eh ada satu lagu yang gue gak tahu tapi rata-rata orang lain tahu. Barengan gue itu aja tahu lagu ini, gue bisa denger dia ikut nyanyi. Syairnya demikian:
Tuhan, aku berjalan menyusuri malam
Setelah patah hatiku
Dhuar. Gue langsung keinget siapa, hayo? Bukan, bukan keinget mantan. Tapi gue keinget diri gue sendiri. Langsung visual banget deh.
Aku berdoa semoga saja ini terbaik untuknya
Dia bilang, kau harus bisa seperti aku
Yang sudah biarlah sudah
Nah detik ini barulah saya teringat dia. Tapi apa hati gue ngilu-ngilu? Enggak, orang gue lagi happy happy nonton band idola gue yeeee...
Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu
Andai saja cintamu seperti cintaku
Makin gue teringat deh. Kali ini gak cuma satu orang, tapi dua orang sekaligus. Teringat mantan A dan mantan B. Betapa gue pernah jadi orang yang lebih mencinta daripada dicinta (pada mantan A. Ga tau kalo mantan B). Betapa mereka (kelihatannya) mudah berpisah dengan gue. Semudah beli rokok di mini market (ciye kritik sosial), semudah mereka dapat pengganti gue dan bahagia lagi (ciye curcol. lah emang curhat, orang ini blog gue ye). Apakah hati gue mulai ngilu-ngilu? Enggak, orang gue lagi happy happy nonton band idola gue yeeee...
Selang waktu berjalan kau kembali datang tanyakan keadaanku
Kubilang, kau tak berhak tanyakan hidupku
Membuatku smakin terluka
Ya mereka gak mungkin kembali dan tanya keadaan. Gue gak akan punya kesempatan bilang "kau tak berhak tanyakan hidupku", dan kalaupun punya, gue gak akan bilang begitu.
Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu
Andai saja lukamu seperti lukaku
Satu hal yang gue hakulyakin adalah, sudah pasti luka mereka gak sepedih luka gue. Mungkin mereka gak sadar mereka telah meninggalkan kenang-kenangan yang sebegitu berkesannya.
Sehari sesudahnya, gue beli album mereka yang ada lagu ini. Gue post lagu ini di Path gue dengan caption "untung tau lagu ini baru kemaren, bukan 2 bulan yang lalu". Gue denger lagu ini berulang-ulang dan gue gak ngerasa sedih. Di satu sisi cukup seneng, mungkin ini pertanda udah lumayan move on.
Tapi di sisi lain, gue rindu pedihnya luka itu. Makanya gue pencet tombol repeat, sampai pedihnya datang lagi.
CK
18.05.2015
Gue ngefans sama Sheila on 7 sejak album kedua mereka yang keluar waktu gue SMP. Artis mana pun yang gue suka, pasti gue pengen nonton live performancenya. Tapi gue gak pernah khusus nyari, gak pernah ketemu orang yang punya keinginan yang sama. Singkat cerita, hari Sabtu kemarin akhirnya gue dan seseorang barengan nonton Sheila on 7 di pensinya Labschool. Mereka perform 1 jam dan bawain 10 lagu. Dari 10 lagu itu, yang gue hafal mati cuma J.A.P (paling pecah), Melompat Lebih Tinggi, Seberapa Pantas, Lapang Dada, Hari Bersamanya. Sisanya gue boleh dibilang gak pernah denger sama sekali. Di sana ketika ada satu lagu yang gue gak tahu, gue nikmatin aja lagunya, dengerin liriknya.
Eh ada satu lagu yang gue gak tahu tapi rata-rata orang lain tahu. Barengan gue itu aja tahu lagu ini, gue bisa denger dia ikut nyanyi. Syairnya demikian:
Tuhan, aku berjalan menyusuri malam
Setelah patah hatiku
Dhuar. Gue langsung keinget siapa, hayo? Bukan, bukan keinget mantan. Tapi gue keinget diri gue sendiri. Langsung visual banget deh.
Aku berdoa semoga saja ini terbaik untuknya
Dia bilang, kau harus bisa seperti aku
Yang sudah biarlah sudah
Nah detik ini barulah saya teringat dia. Tapi apa hati gue ngilu-ngilu? Enggak, orang gue lagi happy happy nonton band idola gue yeeee...
Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu
Andai saja cintamu seperti cintaku
Makin gue teringat deh. Kali ini gak cuma satu orang, tapi dua orang sekaligus. Teringat mantan A dan mantan B. Betapa gue pernah jadi orang yang lebih mencinta daripada dicinta (pada mantan A. Ga tau kalo mantan B). Betapa mereka (kelihatannya) mudah berpisah dengan gue. Semudah beli rokok di mini market (ciye kritik sosial), semudah mereka dapat pengganti gue dan bahagia lagi (ciye curcol. lah emang curhat, orang ini blog gue ye). Apakah hati gue mulai ngilu-ngilu? Enggak, orang gue lagi happy happy nonton band idola gue yeeee...
Selang waktu berjalan kau kembali datang tanyakan keadaanku
Kubilang, kau tak berhak tanyakan hidupku
Membuatku smakin terluka
Ya mereka gak mungkin kembali dan tanya keadaan. Gue gak akan punya kesempatan bilang "kau tak berhak tanyakan hidupku", dan kalaupun punya, gue gak akan bilang begitu.
Mudah saja bagimu, mudah saja untukmu
Andai saja lukamu seperti lukaku
Satu hal yang gue hakulyakin adalah, sudah pasti luka mereka gak sepedih luka gue. Mungkin mereka gak sadar mereka telah meninggalkan kenang-kenangan yang sebegitu berkesannya.
Sehari sesudahnya, gue beli album mereka yang ada lagu ini. Gue post lagu ini di Path gue dengan caption "untung tau lagu ini baru kemaren, bukan 2 bulan yang lalu". Gue denger lagu ini berulang-ulang dan gue gak ngerasa sedih. Di satu sisi cukup seneng, mungkin ini pertanda udah lumayan move on.
Tapi di sisi lain, gue rindu pedihnya luka itu. Makanya gue pencet tombol repeat, sampai pedihnya datang lagi.
CK
18.05.2015